Pages

Desember 31, 2012

# Day 2; Seputaran Mataram: Selatan ke Utara

Orang bijak bilang, perencanaan yang baik sama dengan menyelesaikan separuh pelaksanaan. Saya mengenal omongan bijak ini sedari dulu, tapi baru menghayatinya benar-benar selepas bakda Subuh hari kedua di Lombok. Disebabkan belum punya rencana kegiatan selama di Lombok, jadilah saya melek melototin buku panduan wisata Lombok selepas sholat sampai pukul delapan. Mama dan si Bungsu menyerahkan sepenuhnya ke saya, mereka melanjutkan tidur cantiknya...hiks.

Si Bungsu benar, pilihan main di sini kalau tidak pantai ya ke gunung. Dengan mama bersama kami, saya harus benar-benar memastikan jumlah dan tujuan kami tidak melelahkannya. Tiga diva Gili yang terkenal itu tak ingin saya sentuh, karena gathering kantor nantinya pasti akan ke sana. Saya melewatkan pura-pura dan taman air cantik karena sedang haid. Tiga jam pening, bolak-balik buku panduan sampai lecek, akhirnya saya menyerah. Tak ada gambaran sama sekali harus kemana tiga hari ini. Akhirnya saya putuskan, hari kedua kami akan keliling sekitar Mataram saja dari selatan ke utara: Museum NTB, desa tenun Sukarare, mutiara di Sekarbela, sunset di Senggigi. Pukul 7 malam, kami sudah harus kembali ke hotel untuk beristirahat. Ittinerary hari selanjutnya dipikirkan sambil jalan saja.

Selepas sarapan yang tergesa-gesa, pukul 9 kami bertemu dengan pak Nursin, driver mobil sewaan, di lobby hotel. Perkenalan dan basa basi dilanjutkan diskusi tujuan hari ini. Pak Nursin menyarankan mengubah urutan menjadi: desa Sukarare, museum, Sekarbela, Senggigi, sunset di Malimbu dengan menambahkan saran mencoret museum jika waktu tidak memungkinkan. Saya mengangguk, mama dan si bungsu pasrah saja. 

Kami beruntung mendapatkan pak Nursin sebagai driver. Sikapnya sopan dan terbuka. Empat puluh lima menit perjalanan dari Mataram ke Sukarare diisi dengan cerita-cerita dari Pak Nursin selayaknya guide handal: asal-muasal kata Lombok, sejarah singkat, persamaan bahasa setempat dengan bahasa Jawa, sedikit kelakar, gosip lokal terkini, kuliner, sampai tempat tujuan favorit dan yang tak biasa di Lombok. Setelah berdiskusi dengannya kami memutuskan untuk mengunjungi air terjun Singang Gila dan Tiu Kelep di hari ketiga dan bermain air di Gili Nanggu di hari keempat. Jadi liburan kami cukup lengkap: kota dan budaya di hari kedua, kaki gunung di hari ketiga, pantai di hari keempat. Hari pertama dan kelima: packing dan istirahat. Siiip.

Di desa Sukarare, yang mana artinya desa suka-duka, penjualan kain tenun dipusatkan pada satu koperasi milik bersama. Segala macam kain tenun tangan dipajang di toko koperasi, mulai dari berbahan benang kapas sampai benang songket warna-warni. Kebanyakan masih berupa lembaran kain atau sarung. Beberapa penenun bergiliran 'dipajang' di depan koperasi, selebihnya mengerjakan tenunannya di teras rumah masing-masing. Ada guide lokal yang bisa mengantarkan wisatawan berkeliling desa sambil berjalan kaki dengan tarif sukarela.
Menenun dgn tangan, seutas demi seutas benang, butuh konsistensi dan ketekunan
Lama waktu menenun tergantung tingkat kesulitan motif: semakin rumit semakin lama
Desa Sukarare benar-benar masih tradisional, setidaknya itu kesan kami setelah berkeliling desa di antar oleh guide lokal. Kebanyakan bangunan rumah masih berdinding anyaman tikar bambu dan beratap daun kelapa. Tidak ada pagar antar rumah selain pagar tanaman. Air bersih diperoleh dari menimba dengan ember plastik di sumur bersama dan memasak masih menggunakan kayu. Pekerjaan utama warga adalah bertani. Menenun adalah pekerjaan wanita yang turun temurun. Seorang gadis di desa ini tidak boleh menikah sebelum bisa menenun sendiri. Laki-laki dilarang menenun karena dipercaya tidak akan mempunyai keturunan. Sampai suatu saat akhirnya lelaki diijinkan menenun hanya untuk motif tertentu.
motif subahnale, dari kata Subhanallah...motif paling rumit, adi karya desa ini...cuantik
Selepas desa Sukarare, kami menghapus tujuan museum dan bergegas menuju ke Sekarbela untuk berburu mutiara. Sebelum sampai di tujuan, di tengah jalan mampir-mampir ke toko-toko mutiara sekitar Cakranegara, Mataram, sebelum berakhir di satu toko yang sangat direkomendasikan oleh driver kami. Tempatnya memang sungguh meyakinkan, begitu juga dengan mutiara yang dijual: laut, payau, tawar. Kami hanya sempat melihat saja tanpa membeli karena keder dengan bandrol harganya. Kami memang tak cocok dengan mutiara *nyengir, menghibur diri*.

Untuk makan siang saya sedikit memaksa mencari nasi balap Puyung yang awalnya kondang di kalangan orang-orang yang akan menyeberang dengan kapal di pelabuhan. Dari bahasa tubuh sebenarnya pak Nursin tidak merekomendasikan, tapi saya ngotot untuk obat penasaran. Nasi ditaburi gorengan kedelai, ayam goreng suwir dan ayam suwir pedas itu tergolong pedas dan asin untuk lidah saya yang cenderung manis ini. Tapi kekecewaan saya sedikit terobati dengan pemandangan 'adem' si keriting penjual nasi; makhluk bening pertama yang saya temukan sejak menginjak kaki di Lombok *heheheheh, tetep*.
disebut nasi balap krn penjualnya balapan dengan pembeli yang naik kapal, Puyung karena penjualnya kebanyakan dari daerah tersebut
Siang menjelang sore kami sampai di Senggigi, yang menurut saya mirip-mirip Kuta-Bali hanya lebih hijau sedikit. Pantainya panjang, ada yang berpasir putih, ada yang hitam, sepi dan sedang surut. Tak banyak yang berenang atau bermain air, hanya beberapa turis asing yang asyik berjemur di bagian pantai milik hotel atau resort. Kata Pak Nursin, jika kami tiba seminggu sebelumnya, tepat pada hari raya ketupat, bisa dipastikan kami akan susah bergerak di antara lautan manusia. 

Kami lama menghabiskan waktu di sini sambil menunggu matahari setengah terbenam. Duduk di atas tikar sewaan, minum kelapa muda, ngobrol ngalor ngidul, sebelum akhirnya beranjak mengejar sunset di bukit Malimbu sambil harap-harap cemas karena mendung yang menggantung di sekitar Senggigi.

Setengah jam, waktu yang diperlukan untuk mencapai bukit Malimbu dari Senggigi. Bukit ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Hanya sebuah tikungan lebar pada sebuah tanjakan bukit cukup tinggi dengan pagar besi dibangun menyusuri tepiannya. Tangga dua berundak dibangun mengikuti pagar, yang difungsikan juga untuk tempat duduk-duduk sembari menunggu matahari terbenam. Yang istimewa adalah panorama ke arah lautan yang disuguhkannya. Dari puncak tikungan itu, sebelah kanan gugusan tiga diva Gili yang tersohor, sebelah kiri berkelok-kelok garis pantai yang menyambung ke Senggigi, sedangkan tepat di depannya jika beruntung kita bisa menyaksikan matahari terbenam di balik gunung Agung nun jauh di Bali.  

Setelah menunggu setengah jam, ngobrol lagi ngalor ngidul sembari duduk-duduk di tangga tepi pagar, menggoda monyet jinak yang banyak berkeliaran di tebing di bawah pagar, harap-harap cemas menatap gulungan awan hitam di atas gunung Agung, akhirnya kami beruntung sempat menyaksikan sedikit saat-saat matahari tenggelam perlahan di balik gunung Agung.


Sebelum matahari benar-benar tenggelam di balik gunung Agung, kami meluncur turun ke arah kota Mataram, kembali ke hotel. Wira-wiri dari selatan ke utara hari ini cukup melelahkan fisik. Harus memulihkan tenaga sebelum besok kami akan menempuh perjalanan cukup jauh ke arah kaki gunung Rinjani. Dalam perjalanan pulang, pak Nursin sempat bercerita:

"Mbak, yang ngasih nama Malimbu itu bule lho"
"Heh? Kok bisa bule, pak? Apa karena dia yang punya bukit itu?"
"Bukan, asli turis asing yang main ke situ. Dia kan belajar bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Jadi pas waktu ke situ, ada ibu-ibu tua penduduk setempat yang jualan kelapa muda. Selesai liat sunset, dia pamit ke ibu-ibu itu: Bu, malim Bu..."
"Heh?"
"Maksudnya sih: Bu, mari Bu, saya pergi dulu...tapi diucapkannya Bu, malim Bu. Si ibu nggak ngerti maksud si bule, cerita dia ke orang desanya...jadilah bukit itu sekarang bukit Malimbu"
"heh? beneran pak?"
"hehehehehe"

Saya tak tahu kebenaran cerita itu karena pak Nursin hanya ketawa-ketawa saja ketika ditanya tentang kebenarannya. Kalau ada yang penasaran, sok silahkan cari si ibu tersebut untuk kebenarannya...ntar saya dikabari, ya *hehehehe*.

Oktober 07, 2012

# Day 1; Welcome to Gumi Sasak

Sebagian orang menyebutnya, Gumi (Bumi) Selaparang, merujuk salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di tanah itu. Saya lebih suka menyebutnya Gumi Sasak, merujuk mayoritas suku yang mendiami kepulauan itu: Lombok. Pulau Lombok sebenarnya tidak ada kaitannya dengan 'lombok' atau cabe dalam bahasa Jawa. Lombok, seperti kata driver kami-Pak Nursin, berasal dari kata 'lomboq' yang dalam bahasa Sasak berarti: lurus. Entah lurus terkait dengan 'jalan lurus' karena Lombok juga terkenal sebagai pulau seribu masjid, atau untuk mengenang perjalanan panjang pengungsian sebagian rakyat kerajaan Mataram yang berakhir di pulau ini. 
...

Pukul 13.35 WITA. Panas dan gersang, itu kesan pertama saya begitu menginjak gumi ini di bandara Praya. Saya yang terbiasa dengan panas gerahnya pinggir pantai Gresik dan Bekasi Utara, tentu saja tak berdampak signifikan. Tapi si bungsu dan mama yang pada dasarnya jenis mahkluk penghuni daerah relatif sejuk macam Malang dan Cibinong, jelas tersiksa. Tak ada sisa-sisa cengengesan dan cekikikan mereka ketika merespon guncangan angin nan aduhai di atas pesawat. Respon yang sungguh campuran antara kuatir, takut dan berusaha sok berani, mengingat kami berada di bangku terakhir pesawat Wings Air flight JT 1866 berkapasitas kursi 80 penumpang dari Surabaya - Lombok. Pesawat 'imut' yang sempat membuat kami melongo, kucek-kucek mata, saling pandang dan lalu ngikik pasrah sambil banyak berdoa semoga selamat sampai tujuan.

di dalam pesawat, diguncang angin...masih bisa cengengesan

setelah turun dari pesawat, mringis tiada henti...panasss  hehehe

Kepanasan juga yang membuat kami melupakan foto-foto narsis di dalam bandara yang terhitung masih baru ini. Setelah buru-buru turun dari pesawat ke arah gedung bandara dan selepas mampir ke toilet; sambil menunggu bagasi turun, kami cuma bengong menyaksikan rombongan yang asyik jeprat-jepret di papan besar ucapan selamat datang di Lombok. Kesalahan pertama.

Kesalahan kedua terkait dengan taksi. Berdasarkan informasi dari hasil surfing di internet dan bacaan terkait wisata di Lombok, saya diyakinkan bahwa taksi Blue Bird tersedia tak jauh dari bandara: keluar gedung,  jalan sekitar 100 meteran ke arah gerbang luar, dan sampailah anda di pangkalan nongkrong taksi tersebut. Ya, saya memang pelanggan sangat setia merek taksi tersebut. Jadi, tentu saja dengan pede saya tak memesan karcis resmi taksi bandara yang notabene dekat tempat pengambilan bagasi. Hasil konfirmasi ke mbak petugas bandara pun menyakinkan pula. Dengan logat yang masih terasa asing di telinga, dia menunjuk ke arah pintu keluar bandara. Sip.

Urusan bagasi beres, berdua dengan si bungsu, saya keluar bandara sambil mendorong troli berat berisi 2 koper sedang, 1 backpack ukuran besar dan 2 kardus makanan oleh-oleh dari tante Probolinggo yang terpaksa wajib dibawa. Antri di belakang rombongan lain yang rata-rata sudah dijemput kendaraan, sampailah kami di depan bandara. Setelah melewati antrian taksi resmi bandara, kami celingukan mencari jalan ke arah gerbang luar. Saya bengong. Sejauh mata memandang, jalanan keluar bandara berliku-liku, dan tak ada tanda keberadaan gerbang masuk. Dan tentu saja tak ada tanda-tanda keberadaan taksi biru itu. Konfirmasi ke petugas taksi resmi, saya mendapatkan jawaban bahwa tak ada pangkalan taksi yang saya maksud. Taksi resmi bandara tiketnya hanya dapat diperoleh dari area dalam bandara. Saya langsung tepok jidat! 

Sebenarnya tersedia bis Damri ke Mataram; tapi mengingat banyaknya bawaan dan di pemberhentian terakhir pun saya masih harus mencari taksi ke hotel yang sudah dibooking, opsi bis jelas tidak saya pilih. Akhirnya, dengan meninggalkan si bungsu dan mama yang lagi-lagi mringis kepanasan dan gerah; saya masuk lagi ke dalam bandara: jalan berputar ke arah pintu keberangkatan, melewati pemeriksaan petugas tiket depan, pemeriksaan x-ray, jalan melewati antrian check-in, balik ke arah kedatangan penumpang di samping area pengambilan bagasi, hanya untuk beli tiket taksi! Sesuatu sekali kan, ya...

Empat puluh lima menit perjalanan ke Mataram kami jalani dalam diam. Panas dan gerah menyurutkan semangat si bungsu dan mama. Lima menit setelah keluar dari gerbang bandara yang ternyata jauh dari gedungnya, saya jatuh tertidur di kursi depan. Kemungkinan besar dipengaruhi efek sejuk dari keringat yang mendingin terkena semburan dingin AC selepas ngos-ngosan jalan kesana-kemari. Walhasil, niat awal jepret-jepret sepanjang jalan pun terlewatkan. 

Setelah terkaget-kaget dengan 'ukuran' pesawat dan urusan taksi yang tidak sesuai ekspektasi, saya agak kuatir dengan hotel yang telah saya pesan. Hotel Lombok Garden yang saya pesan terhitung hotel lama yang katanya sebagian sudah direnovasi. Mengingat kami maunya sekamar bertiga, maka saya memilih kamar bungalow yang menghadap taman. Saya kuatir, bungalow yang saya pesan termasuk dalam bagian yang belum direnovasi sehingga mengurangi kenyamanan mama. 

Untunglah kekuatiran itu tidak terbukti. Bungalow kami sangat nyaman walaupun memang terlihat belum mengalami renovasi seperti bagian hotel yang di depan kolam renang: luas (bahkan masih sangat longar setelah diisi 1 bed ukuran king size, 1 ekstra bed, 1 set sofa dan 3 lemari ekstra besar), kulkas kecil, fasilitas buat-minumanmu-sendiri, hair dryer, bath-up air panas-dingin, TV kabel ukuran besar, dan terdapat teras kecil di luar. Ada plusnya pula: gazebo tepat di depan bungalow. Intinya, saya tidak sayang membayar harga Rp 550.000,- per hari.

Selepas Ashar, walaupun masih lelah dan mengantuk karena perjalanan Probolinggo-Surabaya-Lombok, saya dan mama memutuskan menengok kolam renang hotel dan mencari letak restaurant tempat sarapan esok hari sembari menagih welcome drink. Saya juga harus mencari sewa mobil untuk tiga hari ke depan. Saat berjalan-jalan itulah kami tahu bahwa hotel Lombok Garden itu terhubung dengan hotel Lombok Raya, yang berarti akses ke Mall Mataram sangatlah dekat. Jadi, begitulah. Jauh-jauh ke luar Jawa pun, akhirnya mencari Mall juga; karena oh karena kami harus membeli keperluan harian mama: susu anlene kotak siap minum dan buah-buahan. Whew...

kamar depan kolam renang idaman, sayangnya tidak boleh ekstra bed
   
wajah tamu hotel yang ogah rugi: nagih welcome drink walau ngantuk dan lelah

Hari pertama di Lombok kami lewati dengan tidur lebih awal. Besoknya harus bangun pagi-pagi sekali karena walaupun mobil sewaan akhirnya didapatkan dengan susah payah dan penuh keberuntungan, kami harus menyusun jadwal tujuan jalan-jalan tiga hari ke depan. What? Hhehe, ya begitulah...sembari menanti dijemput driver sewaan pada pukul 9 pagi keesokan hari, kami tidur dengan nyenyak tanpa tahu tujuan liburan di Lombok tiga hari ke depan. Heeeee...

September 10, 2012

Nguping (lagi) di Kantor # 4

# 4
Mau diangkat sendiri? Keren!
Senin siang ini, mas Ganyong untup-untup di pintu ruang Keuangan *bahasa Indonesia-nya apa ya?* : bersandar di daun pintu, muka nempel di kaca, daun pintu di ayun-ayun. Suasana ruangan Keuangan sunyi-sepi-sendu, macam berharap hari esok adalah Sabtu *terlalu*. Sudah seminggu si Brekele, kasir tercintah, menikmati cuti besarnya. Kasir pengganti adalah siapa saja yang kebetulan bengong sepi order dan tidak malas melayani. Tapi mbak SPV sih seringnya teriak-teriak ke mbak OJT untuk melayani orderan.
...
"Brekele ndak masuk ya, mbak SPV?"
"Heeh, mas. Brekele cuti besar sejak seminggu lalu."
"Ooh, cuti besar. Trus yang ngganti siapa, mbak?"
"Mau ngambil sesuatu ya? Uang SPPD atau penggantian obat? Bisa ke mbak OJT."
"Ke mbak OJT?"
"Heeh."
"Oke kalo begitu. Makasih ya, mbak. Eeee, mbak OJT...tolong dong, saya mo ngambil brankas!"
...
(Mbak Spv sekejap bengong karena tak menyangka ternyata mas Ganyong yang lugu dan ganteng itu ternyata menyimpan kekuatan super. Mengurungkan niat membantunya dengan menelpon gudang untuk pinjam forklift dan menelpon tukang urut untuk jaga-jaga.)

September 03, 2012

Demam (Setelah) Libur Lebaran 2012

Saya baru landing dari kereta Gumarang pagi ini *nyengir, dikeplak*. Sabtu lalu, saya singgah sehari semalam di Surabaya untuk menghadiri pernikahan anaknya Pak Bos di hari Minggu. Sebelumnya, saya berlibur ke Lombok.

Keputusan berlibur ke Lombok diambil mepet sebelum ramadhan tiba. Derawan dan danau Kakabannya dicoret dari awal karena liburan kali ini ngajak mama, takut tidak kuat menempuh perjalanan jauh mengingat usianya. Pilihan jatuh antara Makassar dan Lombok. Saya pengen ke Makasar, pengen melihat kupu-kupu di Bantimurung. Itu salah satu keinginan saya sejak punya sahabat pena dari Jeneponto, semasa SD dulu. Yang utama, saya pengen wisata kuliner yang lezat-lezat di Makasar *nyengir*. 

Mama yang dari jauh-jauh ditawari mau liburan kemana, dari awal sudah nyeplos : Lombok. Sempat protes karena beliau pernah seminggu berlibur gratis bersama teman-teman perkumpulan Ibunda AERE. Lagipula tahun ini employee gathering kantor kemungkinan besar berkunjung ke sana. Tapi beliau berdalih: "beda, ke Lombok waktu itu kan ndak bareng anak-anak mama" *tepok jidat*. Terus disambung lagi: "tapi ya terserah aja deh, mau kemana...yang penting bertiga". Jadi tambah bersalah bingung deh.

Akhirnya dengan memperhatikan kondisi budget, keputusan saya serahkan kepada maskapai penerbangan saja. Maksudnya, tujuan liburan kami akan ditentukan oleh tiket PP termurah antara kedua destinasi tersebut dari Surabaya. Kenapa Surabaya? Karena sebelumnya kami harus wira-wira silaturahmi ke saudara-saudara di Jawa Timur. Dannnn....berdasarkan hasil searching, pilihan jatuh ke Lombok. Tiket PP Surabaya-Makasar jauh lebih mahal daripada Surabaya-Lombok *hiks*. Ya sudahlah, Allah SWT sudah menentukan...yang penting kami berlibur bertiga walaupun asli cara pengambilan keputusan ini diledekin Enno *nyengir lebar*.

Dihitung dari hari Kamis setelah lebaran sampai dengan hari Minggu kemarin, berarti saya sudah wira-wiri Jakarta-Surabaya-Probolinggo-Pasuruan-Probolinggo-Lumajang-Probolinggo-Surabaya-Lombok-Surabaya-Jakarta dalam waktu 11 hari. Wira-wiri sambil nenteng koper tanggung nan berat untuk mengakomodir kebutuhan: silaturahmi, liburan dan kondangan *nyengir lebar, sok ngartis*. Lelah juga ternyata. Karenanya sekarang saya mulai demam.

Tapi sepertinya bukan lelah yang memicu demam itu, bukan juga karena kangen seseorang *nyengir lebar ngelirik makcik Enno*. Sepertinya saya kepikiran melunasi hutang bercerita detail liburan kemarin. Saya keder karena belum pernah menulis catatan perjalanan. Takut ngerasanya tempat liburan yang menurut saya indah dan menarik tapi ternyata nggak buat orang lain; trus jatuhnya lebay *melas*. Enno bilang, biarkan foto yang berbicara. Iya sih, tapi masalahnya saya tidak jago memotret. Ditambah pula kalau sudah ketemu genangan air pasti langsung nyemplung lalu lupa motret *nyengir ala dugong*.

Bismillah aja deh, ntar dicoba nulis catatan perjalanan. Sebelumnya, saya sembuhin demam ini dulu. Sementara saya kasih foto kaki selama liburan kemaren. Kalau ndak berkenan, maaf yaa....sekalian sama minta maaf lahir batin mumpung masih bulan Syawal, jadi abis itu kita nol-nol ya *hehehe, lari disambit sendal rame-rame*.

duduk di atas jembatan besi, tempat main masa kecil, di ujung gang buntu rumah Lumajang

sampai juga di Senggigi

Menunggu boarding time di BIL Praya

Hehehe...iseng bener. Tapi biar demam, capek dan kantong menipis, saya bahagia kok. Ini buktinya:  *nyengir luebarrr*
pose andalan, di Singang Gila


Agustus 17, 2012

Sebelum Kau Pergi

Merindumu, bahkan sebelum kau beranjak pergi. Terkenang malam-malam heningmu, saat riuh adalah nada doa yang meninggi-meluas angkasa. Saat terik siangmu kujalani dalam diam, bertudung doa. Hening dan diam bermiliaran pahala. Tak berbatas.

Bukan pertama kali kau datang padaku. Tapi kali ini kedatanganmu begitu berbeda. Kau bawakan kehadapan hatiku, 'surat tanda cinta', yang sedari dulu enggan kusentuh. Selalu kau isyaratkan, tapi selalu kuabaikan. Kali ini kau ajari aku membaca dan menyimaknya, meski tertatih. Menemui begitu banyak jawaban segala tanya tentang aku. Haru.

Kupandangi langit semalam, mencari wujudmu sebenar; pada gulita, bintang dan gugusan awan. Angkasa meluas hening. Sebelum kau pergi, jika tak dapat kupandangi dirimu, tolonglah aku. Dimana kau sembunyikan seribu bulan-mu itu? Beri aku satu, biar kupasang tinggi di langit hatiku. Agar aku selalu teringat dirimu, agar aku selalu teringat diriku, sampai waktu menbawamu kembali padaku. Sungguh, aku mau.

Aku merindumu, bahkan sebelum kau beranjak pergi.

Dan sebelum kau betul-betul pergi, tolong sampaikan kepada pengirimmu...aku mau kau datang lagi, lagi dan lagi. Karena pada akhirnya aku tahu, rinduku padamu, sesungguhnya adalah rinduku padanya.

Agustus 09, 2012

Lebih Dari Sarung Biasa

Warnanya dominan merah hati, diselingi hitam dan putih, dengan design kotak-kotak. Ditenun dalam komposisi 7000 benang; produksi masal salah satu produsen sarung terkenal di tanah air. Sarung souvenir acara buka bersama di kantor itu biasa saja, mudah didapatkan di pasaran. Tapi buat saya, lebih dari sarung biasa.

...

Tiga hari sebelum acara buka bersama, dia teronggok di ruangan saya bersama 499 sarung dan saouvenir lain yang dititipkan panitia. Sejak awal, berniat licik memilih dulu sarung souvenir dengan warna yang saya sukai: ungu atau hijau. Karena sibuk menjelang tutup buku, niatan itu cuma jadi niatan sampai hari H tiba. Lupa? Tentu tidak, walaupun niatan berubah menjadi: sarung warna merah hati. Gara-garanya sih karena naksir warna merah jaket si Ayu, anak PKL di ruangan. 

Selepas acara buka bersama dan shalat maghrib berjamaah, saya kembali ke panitia dengan niatan: maksa milih sarung warna merah hati*hehehe*. Kupon pengambilan souvenir saya sodorkan ke mas-mas panitia yang sepertinya sih teman Aa OJT, menilik dari seragam hitam-putihnya. Wajah si Mas berubah bengong ketika saya memaklumatkan bahwa saya mau sarungnya warna merah hati! Untuk perhatian: semua souvenir sudah ditata rapi dalam tas kain warna hijau. 

Karena bengongnya terus berlanjut, saya jadi ndak tega sama si Mas tadi. Maklum sih, bingung mau menolak permintaan saya yang pastinya sangat menyegankan ini *disambit sendal* atau capek membongkar satu-satu tas souvenir demi sarung warna merah hati yang saya inginkan *capede*. Setelah tanda-tangan di lembar absensi, akhirnya saya ambil saja tas hijau seadanya yang ada di tangan si Mas sambil tersenyum dan bilang: "Udah deh, gpp ini aja. kasihan kamu kalo bongkar-bongkar". Tentu saja wajah si Mas berubah lega *hehehe*.

Saya teriak! Atau ngomong keras-keras ya? Lupa tepatnya, tapi pastinya heboh saja. Kenapa eh kenapa? Karena oh karena ....ketika saya membongkar tas hijau dan membuka kotak sarung, saya mendapatkan: sarung warna merah hati idaman! Senang dong saya.....Alhamdulillah banget, walau barangnya tidak begitu mahal pastinya. Tapi sensasi mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan cara yang tidak terduga ketika kita sudah ikhlas tidak mendapatkannya, memang sesuatu kan ya? *nyengir lebar*.

Saya masih ingat, komentar dan cengiran lebar? housemate yang jadi panitia juga yang saya duga pasti bermakna ganda hehehe : "Wah, dalem banget tuh maksudnya...". Kenapa? Karena selesai kegirangan, saya ngomong dengan pedenya ke si Mas tadi: "Makanya Mas...walaupun Allah SWT itu tahu yang kita mau, kita harus ikhlas. Harus yakin semua yang dipilihkan Allah SWT itu pasti yang terbaik untuk kita. Ikhlas, kuncinya cuma ikhlas."

Hehehe, saya memang lebay. Jatuh kasihan sama si Mas kalo ingat wajah bengongnya. Maafkan ya curhat colongan saya *hehehe*. Sekarang, setiap kali melihat sarung merah itu saya jadi senyum sendiri. Saya menobatkannya jadi penyemangat kegalauan. Kenapa? Ya begitulah....*nyengir luebarrrr*


Juli 17, 2012

Bakwan Jagung - Brekele

---
"Brekele, udah masuk toh? Udah sembuh cacar airnya?"
"Alhamdulillah...udah masuk dari kemarin, Mbak. Kemarin cuti sih, jadi nggak ketemu."
"Iya, kan gue juga butuh istirahat sejenak. Eh, obat minum ada yang antibiotik? Harus dihabisin biar udah sembuh. Kalo nggak dihabisin, ntar kalo sakit lagi kamu jadi resistant ama dosis segitu."
"Hehehe...harus habis ya? Ditinggal di rumah ortu. Ya deh, ntar diambil trus dihabisin."
"Oh ya, bekas cacar yang di wajah ditelateni pakai jagung muda aja. Sebelum tidur, minta tolong istrimu marut jagung muda, trus diperas, trus airnya ditorehin ke muka tipis-tipis."
"Ampas jagungnya dibuat bakwan ya, Mbak."
"..."
"Hehehe..."
 ---

Saya pikir, sakit hampir seminggu setidaknya akan berpengaruh pada kegaringannya. Dugaan saya salah, salah besar!

Juli 13, 2012

Jum'at Happy Tunduh

Hola! Jum'at lagi...Alhamdulillah, libur dua hari menjelang. Maklum, pekerja kantoran begitulah lagunya *hehe*. Hari ini rencana nggowes pagi-pagi bareng ibu-ibu dan mbak-mbak keuangan ke sekitar kantor terpaksa dibatalkan. Yah, karena saya sedang mules sakit perut. Emangnya ngaruh kalo saya nggak ikutan? Boleh percaya atau tidak tapi kata mereka ngaruh juga karena: ndak rame, ndak garing, ndak asyik *hehehe: boong, pede, jongkrokin ke selokan aja*.

Ndak jadi nggowes, ndak jadi happy-happy dong? Well, thanks to Aa OJT yang memberi saya ide karena ke-tunduh-annya.
...
"Tunduh itu apa, A? Mutung ya?"
"Sejenis kontraksi antara mata yang tidak bisa kompromi karena kecapean abis olahraga. Intinya adalah ngantuk. Mutung karena ga ada PHD."
"PHD apaan? pizza hut delivery gitu?"
"Yaa gitu deh." ---> emoticon peluk2! (apa coba, A? panas2in yang di gresik? lol)
"Mwahahaha...siapa yang mau beli, coba?"
"Yang ikhlas aja."---> nyengir lebar
"Hahahaha...ya deh, ntar diteleponin"
 ...
Sekarang bingung, jangan-jangan saya menyerah karena rayuan Aa yaa. Wah, bahaya! Bisa perang antar unit di kantor nih *nyengir lebar, manasin yang di Gresik*.  Nggak kok, boong...saya iya-in aja karena rasanya dah lama nggak ngumpulin ibu-ibu dan mbak-mbak di Keuangan. Kangen rame-rame, sekalian update gosip terbaru *hahaha, kelakuan!

Kalau Sabtu besok ada yang belum punya planning kemana-mana, ada bazaar diskonan Dian Pelangi di FX. Saya ke sana, tapi nggak janji belanja-belanja...insya Allah mau ketemu sahabat lama zaman SMA. Yippiiii!!! 

 Bahan keisengan saya akhir-akhir ini:
"Mbak, ini apa sih?"
"Kurcaci-kurcaci-nya Snow White"
"Bukannya tujuh ya? Kurang dua?"
"Belinya murah, eceran...kalo lengkap dihargai mahal, males belinya"
"Mmm, trus Snow White-nya mana mbak?"
"Lah ini, yang lagi dihadapan mereka...akyuuuu."
"...."
"mwahahahahahaha"

Selamat berakhir pekan....Snow White saya berharap happy weekend untuk semua. Amiin...
 

Juli 11, 2012

Label Baru: Nguping di Kantor

#1
Sampai Hulk Jadi Langsing!
Suatu siang menjelang sore di ruang Keuangan, terjadi percakapan antara Mas Sinfo yang sibuk wira-wiri dan Mbak OJT yang duduk manis dikursinya; kira-kira begini:
...
 "Mas, email kantorku sudah jadi ya? Aku sudah bisa login kan?"
"Sudah. Alamatnya pakai nama panggilanmu terus dikasih dot ojt, ya. Coba buka lewat webmail."
"Mas, kok ndak bisa ya? Ini lho dah dicoba bolak-balik?"
"Masa sih? Tinggal login pakai password standar dulu."
"Ndak bisa, mas..."
"Mana coba?Yaelah....dicoba sampai Hulk jadi langsing juga ga bakal bisa! Masa buka mail kantor di mail yahoo!"
...
(didengar oleh Mbak Spv yang saat itu juga ingin mempromosikan produk dietnya kepada Hulk untuk membesarkan hati Mbak OJT bahwa kemungkinan Hulk langsing itu bisa terjadi)

#2
Pulang
Setengah delapan pagi di ruang Keuangan, sehari menjelang libur nasional, cuti bersama dan weekend 4 hari. Mbak Spv masuk ruangan dan langsung tertarik aura riang Aa OJT yang diendus LDR dengan pacar baru di unit lain. Selanjutnya berniat menggoda-goda garing:
...
"Cieee, yang belum dapat cuti...yang besok bisa libur panjang empat hari...kelihatannya sumringah bener."
"Pastinya dong, Mbak..."
"Jadi liburan pulang kemana? Purwokerto, Bandung atau...?"
"Pulang ke hatinya, Mbak..."
...
(Mbak Spv sungguh menyesal berniat menggoda si Aa mengingat selama liburan 4 hari ditengarai tak ada yang bakal pulang kehatinya)

#3
Nge-link
Kemaren, pukul setengah sepuluh pagi, Mas Ganyong berkunjung ke meja Aa OJT di Keuangan. Berdua bercakap-cakap pelan menghadap layar monitor.
...
"Ini programnya bisa nge-link sama FB, Mas..."
"Ooh gitu...lha terus program FB-nya nge-link sama siapa, A?"
"Sama kamu..."       
...
(di dengar Mbak Spv yang ngakak abis ngeliat gaya sok mesra si Aa, dan berdoa Mas Ganyong tetap di jalan yang benar)


Ini label baru, asli terinspirasi oleh blog Nguping Jakarta. Didedikasikan untuk menampung hal-hal di kantor yang didengar Mbak Spv dan menimbulkan reaksi yang kira-kira kalo di komik itu: terjengkang dengan kaki di atas atau rahang bawah jatuh bebas selebar-lebarnya *hehe*.

Juli 09, 2012

First Day with Claire: Heboh!

Namanya: Claire. Saya baru berjumpa langsung dengannya hari Sabtu lalu, di rumah Cibinong. Wuih, mama heboh aja pas pertama dikenalin. Pakai bilang 'coba yaaa, mama seusia kamu...". Sebelumnya kami ketemu lewat internet saja, dikenalin Diana. Kesan pertama ketemu: tertutup dan pemalu. Eh, tapi lama-lama benar juga kata Diana: there's a party going inside! Walhasil, ketika hari ini saya mengajaknya ke kantor, seharian saya heboh-hebohan dengan si Claire: senyum sana-sini, salam sapa kanan-kiri-depan-belakang, cekikikan sendiri sepanjang hari, wira wiri kaya setrikaan, lompat-lompatan, narsis-narsisan...heboh!

Betul kata Diana: She makes my day! Kayanya, saya bakal sering-sering ngajak dia ke kantor deh *hehe*


 


Iyaaaa memang garing! Namanya juga lagi iseng *nyengir lebar*....Claire itu wedges baru saya. Beli online di tokonya Diana Rikasari. Untuk seseorang seperti saya yang 'sepatu seragam segala acara-dan-cuaca' adalah crocs putih dan flat shoes motif kulit ular tiruan (kulit salak kalo kata Ninuk)...punya wedges itu sesuatu banget! Apalagi yang 9 cm, enteng, enak dipakai, berasa tinggi, berasa cantik, bisa buat lari-larian dan loncat-loncatan.....uhuuuuyyyy banget. Jadi mohon dimaklumi euphorianya ya man-teman *hehehe*.

Oh ya, saya jadi ngeces dan nekad beli gara-gara liat ini:
 

Gimana? Gimana? Mirip kan saya sama Diana? Maksud saya sepatunya sih *hehehe*. Eh, btw...sssttt, kayanya ada yang naksir si Claire juga. Coba kita liat, kembaran Claire bakal beredar di kantor gak yaaaaa....*evil grin*

Juli 07, 2012

Yang Hampir Terlupakan

Ckckckck...hampir tiga bulan gak ada postingan. Eh, itu lama nggak sih? Nggak tahu juga, tapi saya sempat lupa password login, lho. Coba ya kalau blog ini semisal rumah, pasti bersih-bersihnya bisa bikin pinggang patah *hehehe*. Lumayan sering makcik Enno mengingatkan untuk mem-posting sesuatu supaya blog saya ini ndak bulukan. Trus si Naninuneno yang bolak-balik bilang saya ndak asyik karena ga posting-posting *nyengir lebar*.

Sebenernya pengen cerita banyak tapi apa daya mood menulis menguap entah kemana. Kalo saya bilang galau terus-terusan karena urusan kantor yang runyam, pastinya alasan klise ya. Tapi apa daya begitulah adanya. Pagi ini mood menulis kembali lagi, tapi saya menahan diri menuliskan detail yang bikin mood saya menguap karena status seorang teman di FB: "ketika seseorang mengeluh, maka berkah yg turun kepadanya terhalangi dari pandangan mata dan hatinya". Saya takut, curhat saya dihitung keluhan *senyum sok manis*. Apapun yang telah dilewati selama ini..saya merasa sangat bersyukur pernah menghadapinya, dibuka pemahaman untuk menarik hikmah, dan diberi kesempatan memperbaiki diri. Saya merasa lebih berenergi, lebih fokus, dan lebih siap menjalani apapun yang menanti di depan. Insya Allah.

Eh, tapi biarpun galau, saya masih suka blogwalking *nyengir*. Saya asli iri sama acara jalan-jalannya Enno dan Wuri setelah melihat foto-foto mereka di pantai Siung. Mereka jalan-jalan, saya sibuk wira-wiri dinas. Pengen ikutan, tapi ndak mungkin cuti. Trus ngeces liat foto-foto ceria Glo dan teman-temannya di Karimunjawa. Ahhhhh, saya kan pengen ke situ juga. Sudah dua tahun sejak terakhir ngelayap ke Sabang, saya belum pernah liburan *baca: bekpekingan* beneran. Kangennnn. Tunggu dulu, saya mungkin belum bisa bekpekingan lagi...tapi iburan keluarga setelah lebaran yang sedang saya rancang semoga bisa menunaikan kerinduan jalan-jalan. Tentu saja tanpa gaya bekpekingan mengingat usia Mama yang tidak memungkinkan *hehehe*. 

Eits, dah hampir jam 12! Harus siap-siap ke hajatan sunat anak tetangga nih. Lanjut pulang ke Cibinong, setor muka, sebelum didakwa anak durhaka karena jarang pulang *hehehe*. Well, happy weekend untuk semuaaaa...welcoming me back, ya....eh, emang ada yang perduli? *nyengir luebarrr, sok pede*

Jalan-jalan di unit Jum'at lalu...bahagia, meskipun mendung menggantung. Terkadang lupa bahagia itu sederhana saja.

cerah ceria padahal sedang sejenak melarikan diri dari assesor maturity level....hahahaha

dalam kasus saya, bahagia itu kadangkala sesederhana ini....pose garing ga asyik!....huahahaha

"eh, emangnya aku ini perfeksionis ya? standar ketinggian? suka menuntut, gitu?"
"heeh.."
"masa sih? kok nggak ngerasa? perasaan malah sangat toleran..."
"kan yang ngerasain orang lain..."
"...."
to you: thank you for being honest to me, all the time... for being someone i can talk to, someone i can count on... you are beautiful, don't you know?

April 09, 2012

Seksi Mandraguna

Berpuluh, ratus, ribu, juta *iya, yang ini lebay hehehe* kata 'maaf' harus saya sampaikan ke Annesya, teman  sekaligus saudara kembar saya *nah lho*, pemilik blog keren ini. Baru sekarang saya bisa memajang award mempesonah darinya. Sebenernya sempat mengintip postingan award ini pada hari H, tapi apa daya urusan 'tutup buku' dan laporan rutin bulanan di kantor menunggu. Eee, iya, urusan buka tutup buku yang semudah membalik telapak tangan bisa jadi ruwet kalo 'buku'-nya terkait data accounting *hehehe*.

"Terima kasih ya, Annesya...awardnya memang mempesonah walaupun asli bingung: aku seksi  mandraguna dibagian mana, apa dan bagaimana ya? Soalnya lebih sering dibilang macho daripada seksi hehehe. Mungkin kita bisa klarifikasi sambil nongkrong di mana gitu, Nes? Pas aku main or dinas di Surabaya? Kangen sate kelapa, tahu petis, tahu gembus, nasi jagung-urap sayur-ikan asin-sambel terasi di pasar Karangmenjangan *apa hubungane ama seksi ya...hehehe*. Btw, Happy 1st Anniversary buat blog-mu ya...tetep gaul, smart, kocak, dan keren."




Maret 23, 2012

Tujuh Tahun

Menulis di blog; awalnya tak pernah menduga kegiatan iseng mengisi waktu luang di antara tumpukan pekerjaan ini akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Walaupun menulisnya juga byar pet macam PLN, mengutip kata Enno di awal perkenalan kami. Bagaimanapun, thanks to mama Aya yang dulu mengenalkan saya yang kurang gaul dan gaptek dengan kegiatan satu ini.

Yang saya pahami dulu, punya blog itu seperti punya diary yang online. Walaupun online, tapi waktu itu tak pernah terpikirkan untuk bersosialisasi dengan dunia luar. Menulis di blog buat saya adalah ajang curhat antara teman sekantor saja: saya, mama Aya, Dian dan beberapa teman yang sekarang tak aktif lagi menulis  karena kesibukan peran masing-masing (Raty, Ance, Uwie, Badrus, Cungul). Satu-satunya teman di luar kantor yang saya kenal cuma Imponk: lay out-er Radar Solo yang bercita-cita menjadi penulis. Itupun karena dikenalkan Dian. Saya suka membaca tulisan-tulisannya. Sayang sekali, blog lamanya itu sudah ditutup dan yang bersangkutan mengakunya tidak menulis di blog lagi. 

Siang ini, di hari pertama long weekend, saya menyibukkan diri membaca-baca posting lama. Nyengir lebar baca postingan pertama saya yang menyedihkan itu. Dan akhirnya menyadari ternyata saya ini boleh dibilang makhluk galau dari dulu sekali *hehehe*. Tak lupa mampir di blog mama Aya. Ngobrak-ngabrik juga postingan lamanya. Senyum-senyum dan geli sendiri mengingat masa-masa itu. Mengingat dan menebak situasi yang mendasari tulisan-tulisan atau lebih tepatnya curhatan kami. Saya rindu masa-masa itu. Atau mungkin lebih tepatnya, saya rindu satu kantor lagi dengannya. Saya harus mengakui bahwa saya ini dari dulu sekali telah menjadi fans-nya. Buat saya, mama Aya itu oke, keren dan cerdas sekali *kedip-kedip*.

Awal saya memberanikan diri bersentuhan dengan dunia blog di luar orang kantor juga terkait dengan mama Aya. Pertengahan tahun 2007, setelah saya pindah dari kantor unit di Gresik ke Bekasi, dia yang mengenalkan saya pada blog beken ini. Saya jadi silent readernya selama bertahun-tahun. Sampai sekitar akhir tahun 2010, saya memberanikan diri meninggalkan komen di blog-nya. Lama sekali ya? Iya, saya memang tidak pede karena tulisannya bagus dan temannya banyak. Sama-sama kehilangan orang terkasih yang membuat saya nekad meninggalkan komen di sana. Karena saya tidak tahu bagaimana meninggalkan komen sebagai anonymous, dengan sangat gemetar ketakutan *ini lebay*, saya terpaksa mencantumkan alamat blog saya yang  saat itu jarang diupdate *hehehe*.

Nah, dari perkenalan dengan blogger beken itu-lah saya memberanikan diri berteman dengan blogger di luar lingkungan kantor. Saya senang sekali bisa berkenalan dan bersentuhan dengan banyak blogger oke dan keren seperti Lita, Glo, Annesya, Kriww dan lain-lain. Seandainya saat itu si blogger beken tidak merespon komen saya, mungkin saya masih berkutat di tempurung. Mungkin tampilan blog saya akan tetap standar dan sejadul dulu, mungkin saya juga tidak mulai menulis lagi, mungkin. Jalannya takdir itu kalau dirasa seringkali ajaib ya. Saya yang dulu hanya silent reader, akhirnya bisa bertemu muka dan curhat-curhatan lewat messenger atau telephone, menjadi teman baik. Entah apa penilaiannya tentang saya, tapi....Terima kasih ya, No...untuk kesabaran ngadepin saya yang gaptek dan kurang gaul ini *nyengir luebarrr*.

Menulis di blog, mengajari saya banyak hal: belajar mengekspresikan apa yang ada di pikiran, belajar untuk selalu jujur dan tulus dalam menulis *karena kecenderungan lebay saya hehehe*, belajar mengenali diri sendiri *saya wanita, dan seringkali tak paham apa mau saya sendiri hehehe*, belajar memahami orang lain, menghargai dan menerima perbedaan *karena kecenderungan saya menganggap semua orang sepikiran dengan saya*, belajar berani menjadi 'hidup dan ada' *karena menyadari disamping segala cengengesan saya, ada bakat penakut dan introvert akut*.

Hari ini, tepat tujuh tahun yang lalu, saya memulai posting pertama di blog ini. Dan saya bersyukur pernah memulainya *senyum manis*.

  
my latest birthday cake.
"ingin sekali berbagi kue ultah seperti di atas, kado dan kebersamaan dengan 
dek Zumi, Jilan dan kamu, hari ini. tapi jarak memisahkan. 
sungguh berharap semoga kebaikan untuk kalian dalam doaku hari ini diijabah-Nya. amien."
 

Maret 13, 2012

Hujan Pagi ini dan Giulietta

Cinta?

Seperti gema dari masa lalu, yang sayup kudengar sambil lalu. 
Lirih, di tengah riuh suara-suara.

Seperti gelombang luar terakhir  yang samar kutangkap,
dari setetes air yang jatuh di permukaan danau tenang. 
Mengalun, menghilang.

Seperti dingin yang tiba-tiba menusuk:

memaksaku merapatkan jaket, membenamkan tangan di saku terdalam.
Pada suatu halte sunyi di hari hujan. 
Kelu.

Seperti seraut wajah yang bersimpangan jalan:

membuatku tertegun, berhenti sejenak, menoleh tak yakin. 
Siapa? Terasa akrab.
 

Cinta?
Seperti itu...


picture from here


Saya tak pandai membuat puisi. Saya merasa begitu. Tapi selepas Subuh tadi, tiba-tiba saja ingin menulis kata-kata di atas. Mungkin karena pengaruh udara dingin dan hujan deras di luar kamar. Mungkin benar kata orang, dalam hujan ada simphony yang hanya dapat didengar oleh mereka yang merindu. Saya galau? Ndak juga. Ngantuk lebih tepatnya. Semalam, sudah siap tidur dari jam setengah sembilan. Tapi akhirnya malah terjaga sampai dini hari, lepas pukul 1. Seperti disihir Juliet, buku Anne Fortier, yang baru saya beli hari Minggu lalu. Saya tenggelam dalam versi lain kisah Romeo dan Juliet, di Sienna, tahun 1340. Saya menikmati perjalanan Giuliette, tokoh dalam buku itu, menemukan hubungan dirinya dengan Juliet karya Shakespeare. Mungkin karena itu juga saya jadi sok romantis pagi ini. Tak apalah, ya. Sekali-sekali. *hehehe*.

Akhir-akhir ini saya jarang posting, ya. Bukan karena tak ada ide atau tak sempat. Saya masih blogwalking sana-sini, walau bertingkah seperti hantu: datang diam-diam, pergi diam-diam. Maafkan. Banyak hal terjadi, berubah, di hidup saya dan sekitar saya. Saya hanya sedang kelelahan, merasa kehabisan tenaga. Tapi selebihnya, Insya Allah, baik-baik saja * senyum sok penting, sok manis*.

Btw, karena membaca buku Anne, saya jadi pengen membaca buku Romeo n Juliet-nya Shakespeare. Yang bagian dialog-dialog Romeo dan Juliet. Saya pengen larut dan mabok karenanya. Siapa tahu saya jadi bisa bikin puisi lagi *hehehe*. Semangat ah!

Februari 15, 2012

Saat Stress Melanda

Hari ini, eh tidak...tepatnya sejak kemaren stress saya kumat karena isu suksesi di kantor yang  menurut saya banyak merugikan bagian Keuangan. Gejala stress saya gampang dikenali: ngomel tiada henti (ngomel or marah ya? hehe), iseng kumat, garing kumat, pokoknya ndak jelas banget. Kasihan siswa OJT dan PKL yang ditempatkan di Keuangan. Jadi obyek keisengan saya dari pagi sampe sore. Trus acara lomba simulasi pemadam kebakaran antar unit yang seharusnya khidmat dan menegangkan malah jadi ajang ceng-cengan saya dan teman-teman di area evakuasi. Yang ikut lomba pastilah serius, sedang kami para penggembira heboh sendiri. Saya sempat kena semprot salah satu anggota regu pemadam, pasca perlombaan: "Mbakkkk...yaelaaa. Aku dah lomba capek-capek and kepanasan pake seragam ini, eh sampeyan malah ruame sendiri. Suarane paling kenceng pula.". Hehehehe...maaf, maklum lagi stress.

Sore tadi, giliran tukang parkir di Pizza Hut Harapan Indah yang nyaris jadi korban keisengan saya. Sambil membayar uang parkir seribu rupiah, tiba-tiba terbersit ide iseng nggegombal. Tapi karena saya tak tega pada si tukang parkir, saya gombalin aja housemate yang sedang nangkring di motor saya:
"Tadi pas bayar parkir aku lho dah mau keceplosan ngomong ke bapak-e. Iseng."
"Ngomong apa, Mbak?"
"Pak, kalau bayar parkir sepeda motor kan seribu rupiah ya. Kalau bayar parkir dihatinya kira-kira berapa ya, pak?"
"Hah? Mbak Ronaaaaaaaaaaaa....kamu ya! Iseng banget sih! Untung ga keceplosan!"
"Hehehehe..."

dicomot dari sini
"Btw, kalo mau parkir dihatimu pertanyaannya bukan bayar apa atau berapa ya. 
Pertanyaan pertama pastinya: boleh ndak? hehehe"...*ngarep ketinggian!plak!*

Februari 01, 2012

Little Maya's Giveaway

Batik tulis, passion saya selain buku dan kopi. Saya  masih kolektor kecil-kecilan. Sebagai kolektor, saya meyakini sehelai batik tulis halus memilih sendiri jodohnya, kolektornya. Karena berburu batik adalah sebuah petualangan: gabungan antara penasaran, mengumpulkan informasi, target dana, waktu eksekusi, apresiasi, rasa dan keberuntungan. Saya juga yakin setiap helai batik membawa dongengnya masing-masing: bahan yang dipakai, warna, makna  dan sejarah dibalik motif, lokasi pembuatan, siapa pengrajinnya, bagaimana mendapatkannya. Saya sedang belajar menjadi pendongeng batik. Suatu saat, saya ingin membuat satu dongeng milik saya sendiri. Itu nanti. Sekarang, saya sedang berencana memiliki salah satu karya Oey Soe Tjoen atau keturunannya. Semoga berjodoh.

motif ondel-ondel pada batik betawi yang pengrajinnya saya kunjungi Jumat lalu


(tulisan ini diikutsertakan di Maya's giveaway. pertama kali ikutan giveaway. saya pengen digambar yang lucu-lucu. belum pernah. ngarep hehehe)

Januari 25, 2012

Galau Malam

Siang tadi, di musholla, aku tak sanggup menatap mata-mu. Mengapa beriak? Adakah salah pada kata-kataku? Apakah keputusanku salah? Adakah yang tak kupahami? Apakah aku gagal berempati? Apakah aku tidak bertindak selayaknya? Aku tak sanggup bertanya. 

Malam ini, galau sampai pada puncaknya. 

Kamu;

Apakah aku, sudahkah jadi bos yang baik? Pemimpin yang tak hanya bersuara tapi memberi teladan? Sudahkah menjadi teman dan tempat pembelajaran yang baik? Pendengar yang baik? Pelindung yang baik? Sudah menambah bekal dan mengajak ke arah kebaikan?  

Kau tahu? Setiap keputusan-ku, adalah hasil timbangan kebaikan dan keburukan. Tak sedikitpun menambahkan kepentingan diri. Selalu kebaikan untukmu, untuknya dan untuknya. Tak ada untukku. Sudah lama kubuang itu. Sejak dia dan mereka menghunuskan pedang-pedang kepentingan menantangku.

Kamu, lebih baik, lebih kuat, dari yang kau sangkakan.
 
Sungguh;
Riak-mu itu, jauh lebih membadai ... dari hujan deras yang sedang menderu di luar sana. 

Januari 16, 2012

The Little Match Girl n The Big One

pict from here

The Little Match Girl

the little match girl huddled behind a wall to keep warm
in the flame, the little match girl saw a warm fireplace
but as she tried to warm her feet, the flame flickered and went out ...
(written by Hilary Robinson)

The Big Girl

this big girl huddled behind her lie to keep warm
in her lie, this big girl try to looks calm
but as she tried to, the flame of love burn her and went out
(written by Rona 'baka' Nauli)

Januari 13, 2012

PR Galauers

Saya sebenernya ndak terima lho dimasukkan dalam barisan temen galau oleh si Enno. Perasaan postingan saya jarang ada galau-galaunya deh. Kegalauan saya kan lebih banyak diekspos terekspos di jalur pribadi. Eh, berarti bener juga ya kalau dimasukkan pasukan galau...kan yang ngasih PR ya Enno. Secara kami curhatnya di japri *hehehe*.

Saya nulis ini juga sambil galau kok. Posisi saya sedang di kantor pusat, Surabaya, dalam rangka dinas tiga hari. Dari Rabu kerjaan sudah selesai, tapi tak bisa melarikan diri karena tidak enak hati  teman yang lain belum selesai. Jadilah saya wira wiri nggosip merawat networking ke teman-teman di kantor pusat. Tak lupa menjarah persediaan kopi mereka *hehehe*. Tapiiii...tetep aja kebanyakan waktu lowong. Trus keingetan dapat PR dari Enno. Senangnyaaaa, jadi ada kegiatan. Aneh ya, baru kali ini ada PR yang disambut suka cita *hehehe*.

Siapa Guru Favoritmu?
Seingat saya, sepanjang masa sekolah dan kuliah jarang dekat dengan guru dan dosen.  Saya malas mendekati beliau-beliau. Saya juga heran kenapa. Apa karena saya malas jaim ya? Atau karena saya suka mati gaya di hadapan orang-orang tua ya? Entahlah. Tapi ada beberapa guru yang saya ingat pernah berinteraksi cukup dekat.: Bu Yulia di SMP dan Bu Jumalah di SMU. Dua-duanya guru Bahasa Indonesia. Sub mata pelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra memang favorit saya. Ibarat oase untuk saya yang tersesat di kelas 'Fisika'  waktu SMU. Tapi ya, biar begitu...saya bisa lho lulus dari kelas itu dengan baik dan benar. Heran! *hehehehe*

Apa Makanan yang Kamu Sukai dan Tidak Disukai? 
Makanan yang saya sukai: makanan enak yang gratis. Yang tidak disukai: makanan yang sudah tidak enak di lidah, musti bayar dan mahal pula *hehehe*. Becanda, becanda. Yang saya sukai, banyak. Lidah saya lumayan welcome untuk masakan daerah manapun. Yang tidak disukai atau lebih tepatnya belum bisa disukai : masakan kari yang orisinil dari India. Berasa makan jamu. Saya suka minum jamu...tapi kalau makan jamu...Noooooooo.

Ceritakan Pengalamanmu yang Berkesan?
Waktu SMU, diikutkan seleksi Community Development Camp mewakili sekolah. Itu kemah yang embel-embelnya internasional, diikuti banyak negara. Trus musti sedikit lancar bahasa Inggris pula. Lah saya yang  bahasa inggrisnya pasif dan biarpun anggota aktif pramuka tapi pada dasarnya hanya untuk bersenang-senang saja...harus belajar cas cis cus dan kepanduan dari dasar sampai advance dalam waktu singkat. Sungguh terlalu! Mengingat saya ikut pramuka dari jaman SD *hehehe*. Itu seingat saya adalah saat pertama saya harus bersungguh-sungguh bertarung melawan diri sendiri. Melawan ketidakpercayaan diri, rasa malas, tidak disiplin, dan semua prasangka buruk dari luar dan pikiran sendiri. Itulah saat pertama saya memasang target tinggi untuk diri sendiri dan berjuang memenangkannya. Berhasil? Alhamdulillah. Saat nama saya tercantum sebagai satu dari empat wakil Kabupaten, selanjutnya mewakili propinsi Jatim, itulah salah satu titik balik dalam hidup saya.

Siapa Cinta Pertamamu?
Kalau kapan mulai naksir, kayanya sama dengan si Enno tapi agak lamaan dikit:  SD. Tapi sukaaa (atau cinta ya?) sama seseorang itu pertama kali jaman SMU. Dia sahabat, yang pengaruhnya begitu besar. Pengaruh ke arah yang baik untuk saya yang waktu itu boleh dibilang anak yang 'bebas'. Teman diskusi, curhat, bersenang-senang,  berkarya, bermimpi dan melakukan segala hal bandel dan konyol yang selayaknya dilakukan anak SMU saat itu seperti bolos, ribut di kelas, ngerjain teman dan guru. Di mana ada saya, pasti ada dia. Saat itu, hanya dia yang paling mengerti saya, begitupun sebaliknya. Gosip di sekolah kami adalah pasangan. Tapi ya, kami hanya bersahabat. Tiga tahun selama SMU saya menyimpan rasa itu sendiri. Ah ya, sampai lulus SMU, kuliah, bekerja dan sampai dia menikahpun, saya tak pernah memberitahukannya. Saya tak berani mengungkapkan karena saya tak mau menciderai persahabatan. Belakangan, setelah dianalisa lebih lanjut...saya merasa, diapun begitu. Kami memang tidak berjodoh. Sampai sekarang, saya masih ajeg berkomunikasi dengannya dan akrab dengan keluarganya. Saya sudah menganggapnya saudara.

Who is Your Best Friend?
Semua saja yang menganggap saya Sahabat. Yang menyisihkan ruang untuk saya di hati mereka. Kamu-kah? Ah, saya sungguh berharap begitu *senyum manis*


Eits, PR udah kelar ya. Saya malas melemparnya kemana-mana. Maaf ya, makcik Enno. Padahal aslinya sih karena saya kurang gaul aja *hehehehe*. 

Januari 06, 2012

Tumbuh dalam Hati

Saya sedang rindu berat pada malaikat-malaikat kecil ini... Mereka terlahir ke dunia tidak melalui rahim saya, tapi mereka semua tumbuh besar terus menerus, penuh cinta, dalam hati saya... selalu, selalu...^^

Jilan n tante Rona

Shebi

Shebi n aunty Rona

Zumi n aunty Rona

Zumi n aunty Rona

Ghefira

Ghefira n tante Rona


Dinar

Raffa


Irfan n Dhika


Adi n dedek

Seno n tante Rona

Minggu depan, Insya Allah, saya akan ketemu dua orang dari mereka...Shebi n Zumi, di Gresik. Huhuhu, sudah tak sabar lagi. Tapi sebelumnya, saya harus lembur dulu supaya ga kepikiran selama dinas main dengan mereka berdua. Hehehe.
Bulan n Bintangnya mama Aya ^^

Half Purple and Blue Butterfly