Pages

November 25, 2007

JAZZ’S SEASON II

Kedua, JakJazz. Awalnya sih ogah nonton secara tiket daily-nya dibandrol 300 rebuan. Nggak mungkin dong beli satu, minimal dua-lah ama si Mimi. Tapi ternyata eh ternyata, si Mimi berhasil mendapatkan tiket 300 rebu dapat dua. Jadi deh nonton *hehehe*.

Nonton JakJazz harus pake persiapan kalau tidak tragedy JGTC terulang (abis workshop di Cimanggis, bawain travel ke mana-mana. Berat). Si Mimi bela-belain jemput ke Grogol pagi-pagi karena kakaknya ini buta jalan. Property disiapkan dengan sungguh-sungguh:

  1. TIKET. Ga lucu kan kalo ketinggalan. Beli lagi? Mahal, jek.
  2. KAMERA. Untuk mengabadikan moment bersejarah plus kenarsisan diri.
  3. DOMPET. Termasuk duit, tentunya. Secara kita perlu ongkos transport (bis + taksi) dan makan malam. Kenyataannya dari sore sampai malam: ongkos bis, makan 2 kali, minum 3 kali, toilet 3 kali, satu kaos, satu payung, dua cd plus ongkos taksi. Mahal maintenance daripada tiketnya *huehehe*.
  4. KOSTUM. Karena acara bertaraf internasional dan tiketnya lumayan mahal, berarti musti agak-agak jaim dong. Dan ternyata lumayan pusing juga memilih satu kostum dari….tiga stel baju main yang kupunya *huehehe*.

Untuk ukuranku yang gapsen (gagap seni) ini, Jakjazz itu keren. Mau masuk lokasi musti dideteksi logam dulu. Trus ada panduan acara yang namanya official program book yang musti dibeli biar ga bingung secara panggungnya aja ada tujuh (artinya: survey lokasi itu penting sekali, saudara-saudara!). Stan para sponsor dan penggembira di atur jauh-jauh dari panggung. Stan makanan di lantai dua. Buatku ini pas banget supaya kita jadi lebih konsen nonton, bukannya belanja *alesan…alesann*.

Aku ama Mimi nonton di hari kedua, tanggal 24 November, berarti special show-nya adalah Spyro Gyra (yang musti bayar lagi kalo mau nonton). Karena tiketnya mahal dan kami juga ga mudeng apa hebatnya mereka, jadilah kami merancang nonton yang sudah nggak asing di telinga saja. Kami pilih acara outdoor di seputar big stage 1 dan 2 dengan urutan:

  1. Dwiki Dharmawan & the Next Generation (big stage 2: 18.45-20.00)
  2. Ireng Maulana & Friends feat. Andien & Warna (big stage 2: 21.00-22.15)
  3. Monday Michiru (big stage 1: 23.15-00.30)

Sebelum mas Dwiki main, kami jenguk The Doctor di Frestea Garden Stage lalu nongkrong di stage Jajan Jazz yang deket big stage 2. Lumayan buat membiasakan telinga kami sebelum ketemu para maestro *ciee...*. Yang main keyboard di Jajan Jazz mimiknya lucu. Ekspresif sekali mirip orang idiot *sorry….:p*. Beda banget ama vokalisnya yang bergaya serius mirip penyanyi seriosa. Si Mimi dah ngakak abis ketika kukonfirmasi bahwa si vokalis mirip-mirip ama si Amran *hehehe*.

Untuk mas Dwiki, itu pertama kalinya aku nonton live. Permainan keyboardnya keren. Nggak heran kalo pernah nyabet best keyboard award tahun 85 di Yamaha light music contest, Tokyo. The next generation-nya muda-muda jek. Yang pegang perkusi ama gitar baru 14 tahun *weleh…*. Yang bikin aku suprise adalah ketika mas Dwiki mengiringi penyanyinya, Dira, cuman pakai piano untuk lagu Somewhere Over the Rainbow. Sementara dengan khidmat aku merem-melek menikmati lagu, tiga bule sebelah kananku pasang tampang mupeng lihat gaya seksi si Dira. Duasar!

Kelar mas Dwiki, sebelum Om Ireng, kami punya waktu satu jam buat makan (lagi) ama ke toilet (lagi) plus iseng masuk ke Impro Stage buat nongkrongin Jilly Likumahuwa & Friends. Suasananya akrab banget. Mungkin karena di dalam ruangan dan stage-nya rendah kali ya. Plus musiknya yang brazilian banget. Badan maunya goyang terus, secara si Jilly-nya komunikatif ama audien. Klop. Aku masih sempet dengerin si Jilly nyanyi lagu brazil ama Luciano Antonio. Sekalipun lagunya romantis plus cuman diiringi gitar akustik, tetep aja kakiku pengennya goyang mulu *weleh…*.

Penampilan om Ireng sama persis seperti di JGTC. Aku dan Mimi dah kecewa aja. Sedikit terhibur dengan penampilan saxophone Didik SSS plus ketika Andien bawain cheek to cheek. Sebelum acara kelar kami dah cabut dari big stage 2 dengan tujuan Idang Rasjidi di big stage 1 sekalian nunggu Monday Michiru. Apa daya di tengah perjalanan kami malah nyasar di super premium stage: tertarik permainan Bill Sharpe & Geography. Kueren, jek. Permainan piano-nya Bill keren, maklum anggota Shakatak sih ya…Belum lagi bassistnya si Tetsuo Sakurai. Arghhh…ga kuat, untuk ukuran Nihon-jin dia ganteng lah…*walo si Mimi menolak mentah-mentah heheh*. Walhasil, Idang terlupakan.

Nggak jadi nonton Idang, Monday Michiru batal ditonton pula karena si Mimi ngotot pengen lihat Glenn Fredly di big stage 2 yang main bareng Barry Likumahuwa Project. Tapi nggak nyesel, kok. Suer…Barry main bagus, komunikatif pula. Terus terang, aku nyesel kenapa baru sekarang tahu ada anak negeri yang berbakat ini *hiks…*. Aku suka instrumentalia pembukaannya : Walking in the Baseline, plus lagu ciptaannya: Mati Saja, yang dibawain ama si Matthew pemenang lomba bintang cari bintang *???*. Trus aku suka cara dia ngajak Bapaknya, Benny Likumahuwa, buat main bareng. What a happy family, gitu kan.

Terlepas dari permainan bass-nya yang keren plus mudah diterima ama telinga, aku dah terpesona sejak awal dengan lesung pipi-nya *gyahahaha…akhirnya, ngaku juga :p*. Manis sekali, saudara-saudara. Secara kostum, dia beda banget ama bapaknya yang rapi sekalipun pake jeans: kaos hitam belel plus celana kain hitam belel yang kedodoran pula. Pemanisnya cuma scarf merah di leher ama gelang hitam motif di tangan kanan. Cowok-cuek-banget. Gabungkan kostum itu dengan rambut jabrik gondrong sebahu, plus berantakan, dan ekspresi bibir yang manyun selalu. Maka saudara-saudara, adalah seperti bertemu oase ketika tawa mengukir manis lesung dipipinya. Alamak….Musik tak selalu harus dinikmati telinga saja, toh? *huehehehe*

Acara selesai pukul setengah satu dini hari. Setelah sempet menjenguk Monday Michiru yang asyik ngobrol di big stage 1, beli cd Padi *bingung*dan dvd Michael Buble *emosi*, beli payung guede, jepret sana-jepret sini, cari minuman lagi…akhirnya kami pulang naik taksi dari depan Istora. Alhamdulillah, ada taksi Blue Bird lewat. Pukul dua dini hari nyampe kost dengan selamat. Kelar mandi, aku tidur dengan senyum tersungging di bibir: sampai ketemu lagi JakJazz 2008, sampai ketemu lagi Barry…di mana? Java Jazz 2008? Oke deh….Siapa takut….heheheh.

JAZZ’S SEASON I

Ceritanya nih, kemaren malam aku nonton JakJazz 2007 di Istora Senayan. Minggu lalunya, nonton Jazz Goes To Campus (JGTC) 2007 di FE UI Depok. Jadi, boleh dong kubilang bulan ini adalah musimnya Jazz, setidaknya untukku *hehe*.

Aku bukan penggemar fanatik jazz secara kupingku ini tak pernah keberatan dengan segala aliran musik sepanjang masuk kriteria: enak didengar *dengan syarat dan ketentuan berlaku*. Jadi, mengapa jazz? Musik yang menurut Ratna cuman bisa bikin dia tidur dengan sukses? Well, banyak alasannya.

Pertama, JGTC. Keinginan buat nonton muncul pas baca iklan di sebuah majalah sambil nunggu asinan di Kafe Betawi, SenCi *bener ga sih nulisnya*. Yang ada diotakku: “wah, acaranya kaya yang di Hall ITS kali ya”. Kenyataannya: “Lho, kalo jazz ga ada orkestranya toh”. Yah, maap saja saudara-saudara. Karena belum berpengalaman nonton acara jazz, plus sekalinya nonton musik serius adalah nonton Twillight Orchestra, jadi ya ndak salah toh kalau berpendapat jazz dimainkan dengan orchestra *dasar bego! huehehehe*.

Terlepas dari kesalahan persepsi tadi, alasan sebenernya ngebela-belain ke JGTC adalah pengen nonton Tompi secara live. Yap, aku adalah penggemar suara cempreng nan unik milik Teuku satu ini. Sejak kapan? Hmm… sejak di suatu malam yang sepi ketika acara TV lain amat sangat membosankan, Tuhan menakdirkanku iseng mengganti channel TV ke TVRI: tayangan ulang Tompi pas main di Java Jazz *2005 or 2006,ya? lupa*. Improvisasinya: unik dan keren abis. Pfuiih…jadilah sekarang aku kolektor dua albumnya *hehe*.

Sayangnya, di JGTC kemaren aku ngerasa sedikit kecewa. Selain karena cuma nyanyi 3 lagu, aku ngerasa Tompi nggak all out. Interaksi ama audien juga kurang, nggak seperti waktu nonton di TV. Terbersit juga pikiran buruk: mungkinkah karena acara dibuat oleh mahasiswa? Karena tiketnya murah? Well, info terkini dari si Mimi mungkin disebabkan Depok yang macet secara malam itu juga abis nyanyi Pak Dokter ini musti jaga di RSCM sampai jam dua pagi. Well….who knows?

Tapi untungnya kekecewaan itu lumayan terobati dengan keberhasilan mengiming-imingi Aa Gatot *huehehe…semoga ga kualat :p*. Trus, terobati juga dengan lautan pemandangan indah para daun muda. Mahasiswa, gitu loh…..*huehehe…tetep, yukkkk*.

November 17, 2007

INGINKU, CAHAYA

Ingin, kutangkap cahaya

ketika warna tak daya mewakili

ingin, kuarungi dunia cahaya

kernanya rindu mengeja abadi:

di segi lima memori,

meski tak menyentuh dunia mimpi


inginku, cahaya

(teras seruni, wisma hijau, cimanggis)

November 15, 2007

MASIH BERAHASIA

pernah kubaca pertanda:

ketika daun hijau luruh di rimbun jati

dibingkai pintu tua,

yang kehilangan daunnya

di atas kursi goyang,

yang deritnya seakan berkata:

Ia masih berahasia

(tol priuk, pagi, dalam perjalanan ke muara tawar)

Half Purple and Blue Butterfly