Pages

Oktober 25, 2008

DI TEMU KANGEN, KITA MENABUNG...

Tanggal 12 Oktober lalu, kami: sebagian alumni angkatan D3 akuntansi Unair, sepakat mengadakan reuni/ temu kangen di Surabaya. Dimotori oleh Mona, Dian Cahyo, Harry, Maya. Tidak banyak yang bisa datang. Tapi syukurlah; Alhamdulillah; terlaksana juga. Walau memang yang datang bisa ditebak: itu-itu juga.

Harus kuacungkan jempol kepada para motor penggerak acara ini. Salut. Memang harus ada yang mengambil langkah awal untuk memulai sesuatu yang besar. Toh, menyambung silaturahmi itu ibadah, kan...

Buat sebagian teman mungkin bertemu setelah berpisah 10 tahunan terbilang masih terlalu awal. Wong masih muda-muda, begitu. Tapi kupikir justru ketika kita masih terbilang muda, ikatan itu harus dipupuk supaya nanti kita tinggal memetik buahnya.

Bapakku dan teman-teman seangkatannya ketika sekolah di Curug (semua pria) , tergabung dalam keluarga besar AERE. Keluarga besar ini terdiri dari para teman seangkatan, para istri, cucu, cicit bahkan mungkin sudah ada yang canggah. Karena banyaknya anggota, akhirnya dibentuk wadah Ibunda untuk para ibu dan Junior untuk para anak, cucu dan cicit. Aku sendiri otomatis tergabung dalam wadah Junior.

Tahun lalu, keluarga besar ini merayakan ulang tahunnya yang ke 50. Usia emas, kata orang. Wow....bayangkan: tetap kontak dengan teman kuliah selama 50 tahun!!! Walaupun sebagian besar para pendiri (bapak dan teman-temannya) sudah banyak yang meninggal dunia, tetapi bisa dipastikan minimal satu tahun sekali seluruh keluarga besar akan bertemu di suatu tempat. Entah itu halal bi halal, acara pernikahan anak, cucu, cicit....

Terlepas dari ruwetnya mengurus keluarga besar ini; iuran, administrasi, dokumentasi dll; banyak sekali hal positif yang kuamati. Silaturahmi, pastilah. Insya Allah memperpanjang umur dan rejeki. Hal lainnya adalah: networking. Bayangkan saja jejaring yang bisa dihubungkan dari mulai pendiri awal sampai anak-cucu-cicitnya! Manfaat dari networking ini? Banyak...tergantung kebutuhan dan kondisi hehehe....Contohnya: Mau cari jodoh? boleh.....Mau cari teman bisnis? ada....Mau cari modal bisnis? atur...Mau cari among tamu/ pager ayu/ bagus/ panitia acara? buanyak.....hehehe....

Ada satu hal positif lagi yang kuamati dalam keluarga besar ini: hubungan para pendirinya, entah itu para bapak atau ibunda. Setiap kali ada pertemuan, bisa dibilang yang paling semangat adalah mereka. Ada keriangan, kasih sayang, rindu yang tidak terucapkan, harapan, dukungan. Semuanya membalut segala sapa, canda, tawa, cerita.

Untukku, hal itu bisa dimengerti. Coba bayangkan ketika kita menjadi tua...ketika mungkin pasangan hidup sudah dipanggil dulu oleh Allah SWT, ketika anak cucu sibuk dengan kehidupan masing-masing, ketika kita tiba-tiba merasa dunia berputar begitu cepatnya dan kita sudah lelah mengejarnya, ketika kita merasa begitu sendiri....bertemu teman-teman lama adalah penghiburan. Mereka adalah saksi hidup dari perjalanan hidup kita sendiri. Bersama mereka, kita mengenali dunia yang dulu kita akrabi. Bukan 'dunia' sekarang yang seringkali tidak kita mengerti. Dunia kekinian yang seringkali menyebabkan para cucu menganggap kita'tidak gaul/ kuno'.

Jadi teman, untukku...temu kangen/ reuni atau apalah namanya, bukan sekedar iuran, datang, makan, foto-foto, yang diagendakan setiap waktu tertentu. Walau mungkin tak terucapkan, aku berharap kita menabung rindu, kasih sayang, harapan, dukungan untuk masa depan kita, untuk masa tua kita...Agar kita tidak merasa sendiri...

April 23, 2008

JANGAN MENYERAH

pagi ini, di antara mendung menggantung...
...
'kau ceritakan semua?'
'ya, persis yang kuceritakan padamu...'
'dan reaksinya?'
'diam, sampai sekarang. aku sedih...bingung...'
'kau butuh teman bicara?'
'aku nggak mau ngebahas lagi'
'kurasa kau harus....aku khawatir kesehatan jiwamu.'
'dengan siapa?'
'kau lupa? ada aku.'
...
jangan menyerah, sobat...
jangan menyerah, sekalipun pada dirimu sendiri...
aku di sini...
bahkan seandainya dunia tak berpihak padamu...
karna aku peduli...

Desember 03, 2007

CATATAN KECIL PAGI HARI

Ia ada cukup untuk adanya sendiri. Selalu memberi, tak pernah meminta lebih dari dirinya sendiri. Kita, manusia, seringkali berlebihan mensyaratkan segala pamrih. Hadirnya adalah hakikat keberadaan kita. Ia menjadi kita selama kita bernyawa, menjelma segala kemanusiaan kita. Atau tidak. Karna ia cukup untuk adanya sendiri. Ia; cinta; adalah kau, aku dan mereka: semesta keberadaan-Nya.

(pagi yang menghanyutkan, ketika matahari serupa lukisan dibingkai awan biru, fulfilling)

November 25, 2007

JAZZ’S SEASON II

Kedua, JakJazz. Awalnya sih ogah nonton secara tiket daily-nya dibandrol 300 rebuan. Nggak mungkin dong beli satu, minimal dua-lah ama si Mimi. Tapi ternyata eh ternyata, si Mimi berhasil mendapatkan tiket 300 rebu dapat dua. Jadi deh nonton *hehehe*.

Nonton JakJazz harus pake persiapan kalau tidak tragedy JGTC terulang (abis workshop di Cimanggis, bawain travel ke mana-mana. Berat). Si Mimi bela-belain jemput ke Grogol pagi-pagi karena kakaknya ini buta jalan. Property disiapkan dengan sungguh-sungguh:

  1. TIKET. Ga lucu kan kalo ketinggalan. Beli lagi? Mahal, jek.
  2. KAMERA. Untuk mengabadikan moment bersejarah plus kenarsisan diri.
  3. DOMPET. Termasuk duit, tentunya. Secara kita perlu ongkos transport (bis + taksi) dan makan malam. Kenyataannya dari sore sampai malam: ongkos bis, makan 2 kali, minum 3 kali, toilet 3 kali, satu kaos, satu payung, dua cd plus ongkos taksi. Mahal maintenance daripada tiketnya *huehehe*.
  4. KOSTUM. Karena acara bertaraf internasional dan tiketnya lumayan mahal, berarti musti agak-agak jaim dong. Dan ternyata lumayan pusing juga memilih satu kostum dari….tiga stel baju main yang kupunya *huehehe*.

Untuk ukuranku yang gapsen (gagap seni) ini, Jakjazz itu keren. Mau masuk lokasi musti dideteksi logam dulu. Trus ada panduan acara yang namanya official program book yang musti dibeli biar ga bingung secara panggungnya aja ada tujuh (artinya: survey lokasi itu penting sekali, saudara-saudara!). Stan para sponsor dan penggembira di atur jauh-jauh dari panggung. Stan makanan di lantai dua. Buatku ini pas banget supaya kita jadi lebih konsen nonton, bukannya belanja *alesan…alesann*.

Aku ama Mimi nonton di hari kedua, tanggal 24 November, berarti special show-nya adalah Spyro Gyra (yang musti bayar lagi kalo mau nonton). Karena tiketnya mahal dan kami juga ga mudeng apa hebatnya mereka, jadilah kami merancang nonton yang sudah nggak asing di telinga saja. Kami pilih acara outdoor di seputar big stage 1 dan 2 dengan urutan:

  1. Dwiki Dharmawan & the Next Generation (big stage 2: 18.45-20.00)
  2. Ireng Maulana & Friends feat. Andien & Warna (big stage 2: 21.00-22.15)
  3. Monday Michiru (big stage 1: 23.15-00.30)

Sebelum mas Dwiki main, kami jenguk The Doctor di Frestea Garden Stage lalu nongkrong di stage Jajan Jazz yang deket big stage 2. Lumayan buat membiasakan telinga kami sebelum ketemu para maestro *ciee...*. Yang main keyboard di Jajan Jazz mimiknya lucu. Ekspresif sekali mirip orang idiot *sorry….:p*. Beda banget ama vokalisnya yang bergaya serius mirip penyanyi seriosa. Si Mimi dah ngakak abis ketika kukonfirmasi bahwa si vokalis mirip-mirip ama si Amran *hehehe*.

Untuk mas Dwiki, itu pertama kalinya aku nonton live. Permainan keyboardnya keren. Nggak heran kalo pernah nyabet best keyboard award tahun 85 di Yamaha light music contest, Tokyo. The next generation-nya muda-muda jek. Yang pegang perkusi ama gitar baru 14 tahun *weleh…*. Yang bikin aku suprise adalah ketika mas Dwiki mengiringi penyanyinya, Dira, cuman pakai piano untuk lagu Somewhere Over the Rainbow. Sementara dengan khidmat aku merem-melek menikmati lagu, tiga bule sebelah kananku pasang tampang mupeng lihat gaya seksi si Dira. Duasar!

Kelar mas Dwiki, sebelum Om Ireng, kami punya waktu satu jam buat makan (lagi) ama ke toilet (lagi) plus iseng masuk ke Impro Stage buat nongkrongin Jilly Likumahuwa & Friends. Suasananya akrab banget. Mungkin karena di dalam ruangan dan stage-nya rendah kali ya. Plus musiknya yang brazilian banget. Badan maunya goyang terus, secara si Jilly-nya komunikatif ama audien. Klop. Aku masih sempet dengerin si Jilly nyanyi lagu brazil ama Luciano Antonio. Sekalipun lagunya romantis plus cuman diiringi gitar akustik, tetep aja kakiku pengennya goyang mulu *weleh…*.

Penampilan om Ireng sama persis seperti di JGTC. Aku dan Mimi dah kecewa aja. Sedikit terhibur dengan penampilan saxophone Didik SSS plus ketika Andien bawain cheek to cheek. Sebelum acara kelar kami dah cabut dari big stage 2 dengan tujuan Idang Rasjidi di big stage 1 sekalian nunggu Monday Michiru. Apa daya di tengah perjalanan kami malah nyasar di super premium stage: tertarik permainan Bill Sharpe & Geography. Kueren, jek. Permainan piano-nya Bill keren, maklum anggota Shakatak sih ya…Belum lagi bassistnya si Tetsuo Sakurai. Arghhh…ga kuat, untuk ukuran Nihon-jin dia ganteng lah…*walo si Mimi menolak mentah-mentah heheh*. Walhasil, Idang terlupakan.

Nggak jadi nonton Idang, Monday Michiru batal ditonton pula karena si Mimi ngotot pengen lihat Glenn Fredly di big stage 2 yang main bareng Barry Likumahuwa Project. Tapi nggak nyesel, kok. Suer…Barry main bagus, komunikatif pula. Terus terang, aku nyesel kenapa baru sekarang tahu ada anak negeri yang berbakat ini *hiks…*. Aku suka instrumentalia pembukaannya : Walking in the Baseline, plus lagu ciptaannya: Mati Saja, yang dibawain ama si Matthew pemenang lomba bintang cari bintang *???*. Trus aku suka cara dia ngajak Bapaknya, Benny Likumahuwa, buat main bareng. What a happy family, gitu kan.

Terlepas dari permainan bass-nya yang keren plus mudah diterima ama telinga, aku dah terpesona sejak awal dengan lesung pipi-nya *gyahahaha…akhirnya, ngaku juga :p*. Manis sekali, saudara-saudara. Secara kostum, dia beda banget ama bapaknya yang rapi sekalipun pake jeans: kaos hitam belel plus celana kain hitam belel yang kedodoran pula. Pemanisnya cuma scarf merah di leher ama gelang hitam motif di tangan kanan. Cowok-cuek-banget. Gabungkan kostum itu dengan rambut jabrik gondrong sebahu, plus berantakan, dan ekspresi bibir yang manyun selalu. Maka saudara-saudara, adalah seperti bertemu oase ketika tawa mengukir manis lesung dipipinya. Alamak….Musik tak selalu harus dinikmati telinga saja, toh? *huehehehe*

Acara selesai pukul setengah satu dini hari. Setelah sempet menjenguk Monday Michiru yang asyik ngobrol di big stage 1, beli cd Padi *bingung*dan dvd Michael Buble *emosi*, beli payung guede, jepret sana-jepret sini, cari minuman lagi…akhirnya kami pulang naik taksi dari depan Istora. Alhamdulillah, ada taksi Blue Bird lewat. Pukul dua dini hari nyampe kost dengan selamat. Kelar mandi, aku tidur dengan senyum tersungging di bibir: sampai ketemu lagi JakJazz 2008, sampai ketemu lagi Barry…di mana? Java Jazz 2008? Oke deh….Siapa takut….heheheh.

Half Purple and Blue Butterfly