Pages

Juni 15, 2011

Akses (Setengah) Dewa

No facebook, no youtube, no 4shared.....Oke.
No facebook, no youtube, no 4shared, no blogging......OH NO!!!

Aku bisa nahan tidak facebook-an, buka youtube or download di 4shared selama jam kerja. Alasannya bisa diterima: jalan raya padat, aplikasi formal kantor tersendat-sendat. Toh masih bisa update status lewat hape atau minta lagu baru ke Mamad lewat android-nya. Tapi sarapan pagi tanpa blogging? Oh No No No No No...*geleng-geleng india*. Satu-dua-tiga hari, tahan. Satu minggu lebih? Mana tahannnn.

Dengan alasan demi kesehatan jiwa, segera telpon ke kantor pusat dan nekad minta koneksi internet untuk blogging. Tentu saja sambil protes setengah ngomel karena unit di wilayah timur dibebaskan dari penderitaan itu. Diberi akses? Iya, karena itu siksaan sarapan pagi tanpa blogging hanya sebentar saja. Hidup akses dewa! Horeeeeee.

Akses Dewa? Iya, itu serangkaian nomor ip address sakti yang menjadi proxy khusus agar acara sarapan pagi sembari bloggingku berjalan lancar. Janji, hanya untuk blogging saja....^^.

Mungkin sebutan Akses Dewa itu harus segera diganti menjadi Akses Setengah Dewa karena ternyata di unit kami, pemiliknya sekarang ada tiga: aku, mas Mantan Sinfo dan mas Sinfo. Untuk teman-teman lain di kantor yang tahu akses khusus itu atau yang baca posting ini, maaf ya.....aku lebih suka curang dikit tapi ngaku daripada sembunyi-sembunyi blogging lewat tool lainnya. Aku kan gaptek....*gaptek kok bangga :p*

Juni 13, 2011

Jika Ada yang Bertanya Arti Rindu Padaku

Jika ada yang bertanya apa arti rindu padaku, mari kita baca surat ini. Ditulis pada tanggal 04 Mei 1995 oleh gadis kecil 14 tahun, satu tahun setelah kematian ayahanda tercinta:

Papa-koe. Hitam orangnya, rata-rata laki-laki Indonesia tingginya dan agak gendut perutnya. Wajah khas Sumatera Utara dengan kelembutan priyayi khas orang Jawa. Fasih beberapa bahasa dan aku mengidolakannya. Nomer satu di dunia. Tiada gantinya.

Papa-koe, aku sayang padanya tanpa mengerti mengapa? Mungkin karena dia Papa-ku. Kan tidak perlu alasan jelas untuk sayang pada seseorang, iya kan?

Papa…papa…papa…..dalam memoriku di adalah laki-laki sempurna.Memang tidak ganteng kaya Tom Cruise, tidak keren kaya James Bond atau jago silat kaya Jet Li. Tapi Papa-koe baik sekali. Suka membantu tetangga. Memberi les bahasa Inggris gratis pada anak-anak sekitar rumah dan memperbolehkanku makan es krim yang enak tanpa setahu Mama. Aku sayang Papa-koe.

Papa-koe juga pintar sekali. Buktinya kakak-koe pintar, adik-koe pintar dan aku juga sedikit pintar ...hehehehehehehehe. Aku bangga jadi anak Papa-koe. Aku ingin bersama Papa-koe selamanya.

Tapi…………………………………………………………………..

Tuhan lebih sayang pada Papa-ku daripada aku sayang padanya. Tuhan berkata bahwa dia akan membawa Papa pergi jauh dari kami. Bukan untuk memisahkan kami sekeluarga. Tapi memberikan ujian pada kami sejauh mana kami sayang padanya. Sejauhmana kami akan rindu jika tidak bertemu dengannya.

Jadi Tuhan mengajaknya pergi ketempat yang lebih indah dari tempat manapun di dunia. Sebenarnya aku ingin ikut karena aku selalu ingin pergi bersama Papa-koe tapi aku juga ingin seperti dia. Mimpiku kan belum terkejar jadi aku mau sekolah dulu biar bisa seperti Papa. Bisa 3 bahasa, bisa main tenis, bisa berenang, bisa pergi ke luar negeri dan membantu tetangga belajar bahasa.

Dia pergi ketika aku beranjak dewasa. Jauh sekali ke langit sana, tempat para dewa-dewa mengadakan pesta. Kadang aku bisa melihatnya, ketika pelangi muncul dari balik hujan rintik-rintik di pagi hari tatkala aku sedang berdoa pada Tuhan. Aku ingin sekali mengatakan berbagi macam hal yang dia lewatkan ketika aku beranjak dewasa tapi mulutku kelu dan aku menangis tersedu……mungkin aku terlalu rindu.

Papa-koe, apa kabarnya? Apa dia melihatku dari negeri dewa-dewa? Apa dia tahu aku punya idola? Apa dia tahu aku rindu padanya? Aku hanya bisa bertanya, dan biasanya terlelap dalam mimpi yang indah sesudahnya.

Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik alam semesta, jadikan Papa-koe bahagia. Mohonkan maaf segala kekhilafannya. Terima segala kebaikannya karena dia memang baik. Jaga dia ya, Tuhan? Jaga kami juga karena kami sedih ditinggalkannya. Tapi aku tahu aku rela karena Papa akan bahagia bersama-Mu.

Tuhan, maafkan aku juga ya? Aku pernah marah, pernah tidak percaya pada-Mu karena aku tak mengerti jalan pikir-Mu. Aku kan masih anak kecil, jadi jangan tambah dosaku ya? Jadikan aku anak yang baik. Jagalah Mama-koe, Kakak-koe, Adik-koe dan seluruh keluarga-koe.

Tuhan, Aku sayang pada-Mu. Terima kasih memberikan pelajaran tentang kerinduan.

Papa….aku juga sayang padamu. Terima kasih telah menjadi Papa-Koe….Semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul lagi. Semoga. Aku akan terus berdoa…….

 Jika ada yang bertanya arti rindu padaku...ya, merekalah jawabannya: penulis surat itu dan siapa yang ditulisnya. Adikku dan Papaku yang terlebih dulu menghadap-Nya. Tanda cinta-Nya untuk kami. Seperti kata Mimi; bukan untuk memisahkan kami sekeluarga...semata-mata agar kami tak lelah dan tak berhenti berharap kepada-Nya agar kelak dipertemukan dan berkumpul dalam surga abadi-Nya. Amiin...

Juni 12, 2011

I Believe

Ada satu lagu yang selalu kudengarkan setiap kali merasa melow, sedih atau dunia mendadak kelabu dan menyempit: Somewhere Over the Rainbow. Suka versi yang dinyanyikan Connie Talbot daripada yang dinyanyikan Judie Garland. Lebih suka lagi kalau Dira Sugandhi menyanyikannya langsung didepanku. Hahaha....sungguh khayalan tingkat tinggi.

Entah magnet apa yang ada di lagu ini. Setiap kali mendengarnya, serasa diri ini terlempar ke dunia lain. Serasa berada duduk di atas chimneys top sebuah rumah pedesaan, memandang pemandangan nan kecil dan jauh di depan, angin semilir, burung-burung berkicau, daun berguguran...hanya ada aku, sunyi dan suara alam. Teduh, menenangkan, feeling blessed.

Tapi sesiangan ini, bukan lagu itu yang kudengar berulang-ulang. Ada satu lagu lama milik Frankie Laine yang pertama dipopulerkan tahun 50-an berjudul I believe. Berkali-kali dinyanyikan ulang oleh penyanyi ternama seperti Elvis Presley, Tom Jones, Engelbert Humperdick. Aku lebih suka yang dinyanyikan Connie Talbot (lagi). Mungkin karena suara beningnya yang polos dan indah itu, selain lagunya sendiri juga syarat makna.

Seandainya saja suaraku seindah Connie, seandainya saja mungkin, siang ini aku ingin menyanyikannya untuk:  Danan, dengan segudang harapan apapun kesedihan yang singgah segera berlalu....

I believe for every drop of rain that falls
a flower grows
I believe that somewhere in the darkest night
a candle glows
I believe for everyone who goes astray
someone will come
to show the way

I believe, I believe

I believe above the storm the smallest prayer
will still be heard
I believe that someone in the great somewhere
hears every word
Everytime i hear a new born baby cry,
or touch a leaf or see the sky
then i know why, i believe

(mereka bilang ini lagu gospel, buatku apalah artinya...hanya merasai saja maknanya)

Juni 09, 2011

Itu Sama Dengan Menyuruh Avril Lavigne ke Laut Saja!

Menulis itu mudah. Itu kata beberapa orang yang setahuku hobby dan passion-nya memang menulis. Mereka yang sebagian besar dikarunia bakat dan minat lebih di bidang ini. Untukku, menulis itu sulit. Bukan sangat sulit sih; tapi membutuhkan waktu, kemauan dan energi lebih.

Proses mencari ide, menuliskannya, mereview ulang dan lain-lain sampai dengan sebuah tulisan dianggap 'jadi', tentunya membutuhkan waktu. Menjadi sulit untuk ketika waktu yang paling pas untuk proses itu seringkali mengorbankan waktu istirahat setelah seharian bekerja berkutat dengan angka. Akhirnya, seringkali proses menulis sebuah ide adalah pilihan setelah menimbang antara kebutuhan istirahat dan seberapa kuat kemauan untuk menuliskannya saat itu juga. Jika kelelahan fisik dan pikiran mengalahkan kemauan, mangkraklah ide itu untuk sementara. Atau malah hilang jika ternyata tak ada lain 'waktu'. Jika ternyata kemauan yang menang, maka harus mempersiapkan energi lebih setidaknya untuk tetap fokus sampai ide itu menjadi sebuah tulisan dan besoknya tetap semangat bekerja.

Karena itulah sebuah tulisan yang kuanggap 'jadi' adalah berharga. Di sana ada stempel diri, pengorbanan yang dibayar dan kepuasan beraktualisasi. Terserah orang lain menganggapnya bagus atau tidak. Jadi ketika dunia per-blog-an yang kuiikuti sekarang ini diriuhkan dengan kasus copycat, copypaste dan plagiarisme; aku turut nelangsa. Heran dan gemas karena hari gini masih ada orang yang tidak menghargai proses dan usaha orang lain; juga tidak malu mengaku-aku stempel diri orang lain sebagai miliknya? Padahal setiap orang kan unik, punya ciri sendiri-sendiri. Seperti sidik jari saja. Tak ada yang akan menjadi sama persis. Usaha menjadikannya sama persis hanya akan merugikan diri sendiri: menyalahi hukum alam! Teramat mahal dan tidak worth it.

Seperti fashion juga, kan? Setiap orang punya cara dan selera berfashionnya masing-masing. Dua orang dengan pakaian yang sama, tidak ada yang akan benar-benar menjadi sama. Selalu ada kecenderungan untuk tampil menarik dan berbeda dengan orang lain; misalnya dengan membubuhkan aksesoris tertentu yang menjadikannya tidak sama persis. Karena itulah, untuk beberapa orang, memiliki identitas dalam ber-fashion menjadi serius dan mahal.

Jadi, suatu ketika Avril Lavigne marah besar kepada para fans yang "mengikuti" gaya berpakaiannya, kukira itu sangat wajar. Selain karena kita unik dan berkecenderungan ingin menjadi berbeda, siapa yang bisa memahami berapa besar dan berat usaha membangun identitasnya sehingga menjadi setenar itu. Apalagi jika kemudian para fans Avril "mencontek" habis sampai sama persis dan berubah "menjadi" seperti dirinya....yah, kalau menurutku sih itu sama saja dengan mencuri baju Avril Lavigne di depan matanya, memaksanya telanjang, menyuruhnya ke laut dan menganggapnya tak ada. Itu kriminal!

Itu tidak keren, tidak gaul, memuakkan dan menyedihkan. Sungguh.
Half Purple and Blue Butterfly