Selasa lalu ada acara tambahan bakda sholat Dhuhur sebelum kultum ramadhan dimulai di masjid At Taqwa. Jamaah masjid yang notabene teman-teman kantorku menjadi saksi atas keislaman mbak Diah, asisten Bu Martutik.
Setelah melalui acara sibak-menyibak tabir penghalang shaf laki dan perempuan, kami sukses mengikutinya dengan mata, kepala dan telinga sendiri. Mengharukan, walau diawali dengan menggojlok eneng yang mengiringi si mbak dan Bu Martutik ke mimbar depan : "lho itu yang dibaiat si eneng ya hehehe".
Sesaat kami para gadis dan ibu-ibu jadi suku si mata merah karena haru. Ndak tahu apa yang berkecamuk di pikiran masing-masing. Semoga saja mata dan air mata itu jadi saksi hati kami yang tersentuh kebesaran-Nya. Dia: sang pemberi Hidayah, pemilik dan pembolak-balik hati manusia. Amiin.
Pasca acara, sambil selonjoran di belakang aku ngikik berdua ama si eneng. Ndak ada maksud kurang ajar. Suer. Kami cuma teringat adu komen di milist SP yang isinya seputar boleh tidak memperbincangkan agama di ajang milist itu. Yang kami 'kikik-i' bukan ramenya respon tapi pemicunya : the theme and the sender. The theme: hidayah (kok ya match dengan peristiwa baiat mbak Diah). The sender: ga usah disebutlah, ndak enak wong sesama jenis hehehe (baca: dia yang pertama membuat ajang milist akhirnya jadi rame karena komentar-komentarnya dan akhirnya tersudut sendiri karena ga bisa ngeles :p).
perubahan itu pasti | berubah itu pilihan | pastikan pilihan, genapkan lingkaran | live the life to the fullest |
Oktober 16, 2006
Oktober 02, 2006
DUNIA YANG KUKENAL
Checking email selepas upacara pagi ini. Ada email dari mbak Indah PSI tentang Project Newsletter edisi September 2006 : Ucapan terima kasih, berita Mubes PJB, kursus advokasi SP PDAM, strategi advokasi, PSI Advocacy course, World bank. Tidak ada yang istimewa, standar saja. Yang cukup menarik di ucapan terima kasih. Terlepas dari isinya, akhir-akhir ini aku suka senyum sendiri baca gaya tulisan mbak Indah di prolog awal. Ada kesan 'melembut' dari mbak satu ini yang kukenal cukup garang :D.
Kejutan itu di halaman tiga. Sebaris puisi milik Sapardi Djoko Damono berjudul 'Metamorfosis' (1987):
...
Ada yang sedang menanggalkan pakaianmu
satu demi satu
Mendudukkanmu di depan cermin dan
membuatmu bertanya
'Tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini?'
Ada yang sedang diam-diam menulis
riwayat hidupmu
Menimbang-nimbang hari lahirmu
Mereka-reka sebab-sebab kematianmu
Ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu
...
Entah apa yang mendasari si mbak menyisipkan puisi satu ini. Ndak biasanya. Kehilangan ibunda terkasih tengah bulan lalu? SMS konfirmasiku tidak dijawab.
Membaca puisi itu membuatku rindu. Rindu pada sebuah dunia yang kukenal. Sebuah dunia yang hanya berisi aku, kata-kata dan pena. Membuatku ingin bergelung lagi didalamnya. Apapun kesibukanku seharusnya ia tak kutinggalkan. Dunia yang kukenali.
Kejutan itu di halaman tiga. Sebaris puisi milik Sapardi Djoko Damono berjudul 'Metamorfosis' (1987):
...
Ada yang sedang menanggalkan pakaianmu
satu demi satu
Mendudukkanmu di depan cermin dan
membuatmu bertanya
'Tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini?'
Ada yang sedang diam-diam menulis
riwayat hidupmu
Menimbang-nimbang hari lahirmu
Mereka-reka sebab-sebab kematianmu
Ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu
...
Entah apa yang mendasari si mbak menyisipkan puisi satu ini. Ndak biasanya. Kehilangan ibunda terkasih tengah bulan lalu? SMS konfirmasiku tidak dijawab.
Membaca puisi itu membuatku rindu. Rindu pada sebuah dunia yang kukenal. Sebuah dunia yang hanya berisi aku, kata-kata dan pena. Membuatku ingin bergelung lagi didalamnya. Apapun kesibukanku seharusnya ia tak kutinggalkan. Dunia yang kukenali.
September 29, 2006
NANDRI; DOOMO; THANK YOU….
'Nandri'... Aku teringat wajah kaget tukang bajaj yang mengantar kami ke Spencer Plaza di Chennai, India. Uang yang kuulurkan disambut dengan senyum lebar yang aku yakin sangat tulus: Nandri, maam.
'Doomo'... Seorang teman wanita baru dari Jepang terkejut mendengar ucapanku ketika ia memberi sebuah pin organisasinya. Sikap sopannya berubah menjadi begitu hangat seakan-akan aku adalah teman lama : 'Nihon go o bla...bla...bla...'
'Thank you'... O-hoo..Lihatlah! Senyum itu tidak hanya di bibir tapi juga tergambar jelas di mata mereka : orang Kashmir yang bekerja di gift shop hotel Meridien atau di toko Master Collections; orang India supir travel yang kusewa atau mengantarku bolak-balik dari hotel ke hotel; orang India para pelayan makan dan pekerja di hotel atau di restoran Malaysia; orang – orang baru yang kutemui selama aku konferensi di Chennai yang semuanya tentu saja tidak menggunakan bahasa Indonesia...
Nandri dalam bahasa India (atau Tamil?), doomo (arigatoo) dalam bahasa Jepang, thank you dalam bahasa Inggris. Semuanya berarti : terima kasih.
Terima kasih, setahuku adalah salah satu kata yang seringkali kita lupakan atau berat kita ucapkan selain kata ‘maaf’. Terutama jika ditujukan pada orang-orang yang dekat atau bawahan kita. Aku membacanya dari tulisan di buku atau majalah yang aku sendiri lupa judulnya. Boleh percaya boleh tidak, tapi dilarang protes karena di sini tidak disediakan diskusi lanjutan untuk topik ini (:p).
Respon yang pernah kutemui untuk ucapan ‘terima kasih’ dalam bahasa Indonesia oleh orang Indonesia pada umumnya adalah anggukan kepala, senyum, ‘sama-sama’, dan sejenisnya. Tapi coba gunakan dalam bahasa asing milik orang asing yang bersangkutan atau dalam bahasa yang mereka mengerti...Hoho ternyata sanggup menjembatani perbedaan dan mencairkan suasana...hehe.
Yah, sedikit banyak aku mengerti perasaan mereka: sebentuk perasaan ‘dihargai’ dan adanya ‘kesamaan’ yang mengakrabkan. Perasaan sama yang kurasa ketika kontingen Indonesia berfoto bersama Hans Engelbert, general secretary PSI, yang tiba-tiba memekikkan kata ‘Merdeka’ sambil mengangkat tangannya. Hmm...
'Doomo'... Seorang teman wanita baru dari Jepang terkejut mendengar ucapanku ketika ia memberi sebuah pin organisasinya. Sikap sopannya berubah menjadi begitu hangat seakan-akan aku adalah teman lama : 'Nihon go o bla...bla...bla...'
'Thank you'... O-hoo..Lihatlah! Senyum itu tidak hanya di bibir tapi juga tergambar jelas di mata mereka : orang Kashmir yang bekerja di gift shop hotel Meridien atau di toko Master Collections; orang India supir travel yang kusewa atau mengantarku bolak-balik dari hotel ke hotel; orang India para pelayan makan dan pekerja di hotel atau di restoran Malaysia; orang – orang baru yang kutemui selama aku konferensi di Chennai yang semuanya tentu saja tidak menggunakan bahasa Indonesia...
Nandri dalam bahasa India (atau Tamil?), doomo (arigatoo) dalam bahasa Jepang, thank you dalam bahasa Inggris. Semuanya berarti : terima kasih.
Terima kasih, setahuku adalah salah satu kata yang seringkali kita lupakan atau berat kita ucapkan selain kata ‘maaf’. Terutama jika ditujukan pada orang-orang yang dekat atau bawahan kita. Aku membacanya dari tulisan di buku atau majalah yang aku sendiri lupa judulnya. Boleh percaya boleh tidak, tapi dilarang protes karena di sini tidak disediakan diskusi lanjutan untuk topik ini (:p).
Respon yang pernah kutemui untuk ucapan ‘terima kasih’ dalam bahasa Indonesia oleh orang Indonesia pada umumnya adalah anggukan kepala, senyum, ‘sama-sama’, dan sejenisnya. Tapi coba gunakan dalam bahasa asing milik orang asing yang bersangkutan atau dalam bahasa yang mereka mengerti...Hoho ternyata sanggup menjembatani perbedaan dan mencairkan suasana...hehe.
Yah, sedikit banyak aku mengerti perasaan mereka: sebentuk perasaan ‘dihargai’ dan adanya ‘kesamaan’ yang mengakrabkan. Perasaan sama yang kurasa ketika kontingen Indonesia berfoto bersama Hans Engelbert, general secretary PSI, yang tiba-tiba memekikkan kata ‘Merdeka’ sambil mengangkat tangannya. Hmm...
September 20, 2006
ORANG BAIK ITU…
Aku punya jawaban garing untuk pertanyaan : “Eh Ron, si Anu itu (aku itu) baik ya…”. Biasanya jawabanku adalah : “Tentu saja. Lha wong dia (kamu) pake baju. Coba ga pake baju, ya ga baik …”. Sewotlah yang bertanya (:p). Tapi suer, itu kalau akunya sedang malas menjawab karena berbagai alasan. Mungkin karena tidak atau kurang sependapat tapi ewuh mau terus terang, atau karena emang lagi males mengevaluasi.
Tiga minggu lalu aku menemui pertanyaan yang sama dengan kondisi kemalasan menjawab yang sama tapi jawabanku berbeda : “Tergantung. Kalau orang lain sedang cocok, ya baik lah…Kalau sedang tidak cocok, ya ga baik lah…”. Nah lo…kok pilihan jawabanku berbeda dengan kebiasaan ya?…hmm…
Jawaban spontan itu mungkin karena aku sudah sampai pada suatu titik jenuh pemahaman akibat terlalu sering menjadi saksi orang per orang yang saling menjelekkan di belakang punggung masing-masing tapi di lain kesempatan mereka bisa dengan gayeng bekerja sama bahkan saling memuji seakan dunia baik-baik saja. Weleh…jangan-jangan termasuk diriku juga menjadi pelakunya kali ya…Sadar or ga sadar…hehehe.
Manusia itu tidak ada yang sempurna. Masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Tidak ada yang pernah tahu: siapa ketemu siapa, siapa butuh siapa, pada suatu waktu tertentu. Jadi kalau tidak sreg dengan orang tertentu trus ditambah lihat SIKAP jelek orang itu, mbok ya-o jangan diumbar-umbar di depan umum. Paling jelek nggerundel aja dalam hati. Setidaknya nanti kalau butuh atau harus berhubungan dengan orang yang dijelek-jelekin, ya tidak malu lah. Tidak dicap mencla mencle. Susah lho menghapus cap ini.
Sesungguhnya ini nasehat buat diriku sendiri, secara lumayan sering akhirnya meragukan kredibilitas seseorang hanya karena hal beginian. Hhhhh....
Tiga minggu lalu aku menemui pertanyaan yang sama dengan kondisi kemalasan menjawab yang sama tapi jawabanku berbeda : “Tergantung. Kalau orang lain sedang cocok, ya baik lah…Kalau sedang tidak cocok, ya ga baik lah…”. Nah lo…kok pilihan jawabanku berbeda dengan kebiasaan ya?…hmm…
Jawaban spontan itu mungkin karena aku sudah sampai pada suatu titik jenuh pemahaman akibat terlalu sering menjadi saksi orang per orang yang saling menjelekkan di belakang punggung masing-masing tapi di lain kesempatan mereka bisa dengan gayeng bekerja sama bahkan saling memuji seakan dunia baik-baik saja. Weleh…jangan-jangan termasuk diriku juga menjadi pelakunya kali ya…Sadar or ga sadar…hehehe.
Manusia itu tidak ada yang sempurna. Masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Tidak ada yang pernah tahu: siapa ketemu siapa, siapa butuh siapa, pada suatu waktu tertentu. Jadi kalau tidak sreg dengan orang tertentu trus ditambah lihat SIKAP jelek orang itu, mbok ya-o jangan diumbar-umbar di depan umum. Paling jelek nggerundel aja dalam hati. Setidaknya nanti kalau butuh atau harus berhubungan dengan orang yang dijelek-jelekin, ya tidak malu lah. Tidak dicap mencla mencle. Susah lho menghapus cap ini.
Sesungguhnya ini nasehat buat diriku sendiri, secara lumayan sering akhirnya meragukan kredibilitas seseorang hanya karena hal beginian. Hhhhh....
Langganan:
Postingan (Atom)