Satu pesan pendek itu seharga seluruh keberanianku. Keberanian yang kukumpulkan setelah menumpulkan segala rasa, mengesampingkan segala hitungan logika. Hanya menuruti rasa: rindu dan perasaan bersalah.
Akukah yang tanpa sadar membentangkan jarak kita?
Aku terbiasa bercerita apa saja padamu. Aku yang tanpa sadar selalu mencarimu di layar monitorku, hampir sepanjang hari. Aku yang hanya berjarak tuts keyboard denganmu.... Mengertikah? Aku sungguh kehilangan ketika suatu saat kau menghilang. Rotasi duniaku kacau. Kucari segala kemungkinan pada message archive percakapan kita. Membongkar lagi sms lama. Menelisik ingatan adakah kata salah terucap atau sikap yang tak mengena? Nihil...
Kau dimana ketika aku susah payah menarik nafas untuk kehidupkanku? Setiap helaan menyisip perih yang membuatku gemetar menahan rindu. Tersiksa karena ternyata aku salah membaca pertanda. Kukira kau berbeda...
Maafkan jika akhirnya kutarik duniaku masuk ke dalam tempurung. Aku butuh waktu untuk berdiri tegak setelah tersungkur. Kita semua begitu, bukan? Aku tak sanggup menatapmu, berada disekelilingmu. Bahkan bicarapun, lidahku kelu. Aku kehilangan diriku...
Ketika kukirimkan pesan pendek itu, aku telah memberi rasaku sayap. Tak kubebani ia dengan harapan. Kalau aku masih ingin tinggal dihatimu, itu karena aku tak bisa mencari cara lain selain mencintaimu. Kau tahu? Ya, aku jatuh cinta padamu.
seorang sahabat menjulukiku 'teroris' hanya karena pesan pendekku itu. hanya karena aku bertanya padamu: mengapa kita tidak bisa lagi bebas bicara seperti dulu; aku rindu itu...
2 komentar:
what doesn't kill you, makes you stronger...
Amiin.....:)
Posting Komentar