Aku punya jawaban garing untuk pertanyaan : “Eh Ron, si Anu itu (aku itu) baik ya…”. Biasanya jawabanku adalah : “Tentu saja. Lha wong dia (kamu) pake baju. Coba ga pake baju, ya ga baik …”. Sewotlah yang bertanya (:p). Tapi suer, itu kalau akunya sedang malas menjawab karena berbagai alasan. Mungkin karena tidak atau kurang sependapat tapi ewuh mau terus terang, atau karena emang lagi males mengevaluasi.
Tiga minggu lalu aku menemui pertanyaan yang sama dengan kondisi kemalasan menjawab yang sama tapi jawabanku berbeda : “Tergantung. Kalau orang lain sedang cocok, ya baik lah…Kalau sedang tidak cocok, ya ga baik lah…”. Nah lo…kok pilihan jawabanku berbeda dengan kebiasaan ya?…hmm…
Jawaban spontan itu mungkin karena aku sudah sampai pada suatu titik jenuh pemahaman akibat terlalu sering menjadi saksi orang per orang yang saling menjelekkan di belakang punggung masing-masing tapi di lain kesempatan mereka bisa dengan gayeng bekerja sama bahkan saling memuji seakan dunia baik-baik saja. Weleh…jangan-jangan termasuk diriku juga menjadi pelakunya kali ya…Sadar or ga sadar…hehehe.
Manusia itu tidak ada yang sempurna. Masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Tidak ada yang pernah tahu: siapa ketemu siapa, siapa butuh siapa, pada suatu waktu tertentu. Jadi kalau tidak sreg dengan orang tertentu trus ditambah lihat SIKAP jelek orang itu, mbok ya-o jangan diumbar-umbar di depan umum. Paling jelek nggerundel aja dalam hati. Setidaknya nanti kalau butuh atau harus berhubungan dengan orang yang dijelek-jelekin, ya tidak malu lah. Tidak dicap mencla mencle. Susah lho menghapus cap ini.
Sesungguhnya ini nasehat buat diriku sendiri, secara lumayan sering akhirnya meragukan kredibilitas seseorang hanya karena hal beginian. Hhhhh....
perubahan itu pasti | berubah itu pilihan | pastikan pilihan, genapkan lingkaran | live the life to the fullest |
September 20, 2006
Juli 07, 2006
HUERANNN.....
Dulu jaman masih jadi anak baru di kantor, Pak Yus: senior yang hobi banget ngumpul ama anak baru, pernah bilang gini di depanku dan temen-temen: Eh Nauli... ntar kalau dah penempatan, kau di Muara Karang aja ya bantuin aku. Aku butuh fresh graduate macam kau ini. Kalau aku baca hasil psychotestmu, kau itu cocok jadi pelaksana. Kalau cuma naik-naik tangki buat cek sounding bahan bakar, pasti kecil lah buat kau. Tak cocok kau jadi planner atau organisator. Udah bawaan orok itu.
Aku bengong. Cuma pelaksana? Awalnya sih ingin protes, tapi dipikir-pikir mungkin ada benernya juga. Aku cenderung males kalo disuruh mikir panjang-panjang dan ruwet-ruwet. Pusing. Suka banget ngerjain yang detail-detail. Betah. Trus ogah banget ikutan rapat-rapat yang KaJe, yang ga tau tujuan dan targetnya. Daripada buang waktu, mending ngerjain yang ada hasilnya. Jadi, Cocok kan...
Karena itu aku jadi suka bingung sendiri kalau orang lain berpengharapan besar padaku. Mengikutkan pada kegiatan ini-itu. Mengajakku pergi kesana kemari. Membicarakan segala hal yang berbau "memikirkan cara menjaga perdamaian dunia dan stabilitas nasional"...semua seolah-olah otakku mampu mikir jauh-jauh, panjang-panjang, dalam-dalam. Seolah-olah pengalamanku banyak. Waduh...padahal, yang ada diotak ini sederhana saja. Sangat sederhana (mungkin terlalu sederhana seperti kata Shadiq).
Aku heran...juga takut. Takut tidak bisa do my best sesuai harapan karena merasa bekal itu belum cukup.
Aku bengong. Cuma pelaksana? Awalnya sih ingin protes, tapi dipikir-pikir mungkin ada benernya juga. Aku cenderung males kalo disuruh mikir panjang-panjang dan ruwet-ruwet. Pusing. Suka banget ngerjain yang detail-detail. Betah. Trus ogah banget ikutan rapat-rapat yang KaJe, yang ga tau tujuan dan targetnya. Daripada buang waktu, mending ngerjain yang ada hasilnya. Jadi, Cocok kan...
Karena itu aku jadi suka bingung sendiri kalau orang lain berpengharapan besar padaku. Mengikutkan pada kegiatan ini-itu. Mengajakku pergi kesana kemari. Membicarakan segala hal yang berbau "memikirkan cara menjaga perdamaian dunia dan stabilitas nasional"...semua seolah-olah otakku mampu mikir jauh-jauh, panjang-panjang, dalam-dalam. Seolah-olah pengalamanku banyak. Waduh...padahal, yang ada diotak ini sederhana saja. Sangat sederhana (mungkin terlalu sederhana seperti kata Shadiq).
Aku heran...juga takut. Takut tidak bisa do my best sesuai harapan karena merasa bekal itu belum cukup.
Juni 29, 2006
THE CALLING
Bermula dari status Wisnu di YM : where did i came from? why i here?.
Aku jadi teringat masa-masa penuh huru-hara akhir kuliahan. Satu proses awal another turning point pasca membaca Dunia Sophie-nya Jostein Gaarder. Bagian awal dari proses panjang sebelum hijrah.
Selalu menarik memikirkan bagaimana sebuah proses "calling" berjalan unik pada tiap orang. Padaku, pada Wisnu, pada orang yang kukenal disekitarku. Membahasnya dan berbagi membuatku belajar memahami bahwa setiap orang menerima dan merespon setiap "calling" dengan cara dan porsi masing-masing. Mengajariku untuk tidak terburu-buru mencap seseorang "baik" dan "buruk" hanya karena respon mereka berbeda denganku, hanya karena hasil respon seseorang belum sesuai "standar".
Memikirkan lagi proses "calling" yang kualami, selalu membawaku pada
satu rindu. Kerinduan yang menegaskan bukti cinta-Nya.
Ketika pagi tadi tanpa sengaja kutemukan beralbum-album foto kenangan masa kuliah, ada haru menyelinap. Aku menatap diriku di masa lalu: dia tak pernah pergi, menetap, dan memperkaya diriku kini.
Sejumput haru itu merebak rindu. Satu bukti cinta yang tak pernah putus. Aku mau selalu rindu.
Aku jadi teringat masa-masa penuh huru-hara akhir kuliahan. Satu proses awal another turning point pasca membaca Dunia Sophie-nya Jostein Gaarder. Bagian awal dari proses panjang sebelum hijrah.
Selalu menarik memikirkan bagaimana sebuah proses "calling" berjalan unik pada tiap orang. Padaku, pada Wisnu, pada orang yang kukenal disekitarku. Membahasnya dan berbagi membuatku belajar memahami bahwa setiap orang menerima dan merespon setiap "calling" dengan cara dan porsi masing-masing. Mengajariku untuk tidak terburu-buru mencap seseorang "baik" dan "buruk" hanya karena respon mereka berbeda denganku, hanya karena hasil respon seseorang belum sesuai "standar".
Memikirkan lagi proses "calling" yang kualami, selalu membawaku pada
satu rindu. Kerinduan yang menegaskan bukti cinta-Nya.
Ketika pagi tadi tanpa sengaja kutemukan beralbum-album foto kenangan masa kuliah, ada haru menyelinap. Aku menatap diriku di masa lalu: dia tak pernah pergi, menetap, dan memperkaya diriku kini.
Sejumput haru itu merebak rindu. Satu bukti cinta yang tak pernah putus. Aku mau selalu rindu.
Juni 06, 2006
END OF MAY
Akhirnya, aku berenang lagi saudara-saudara! Setelah lima tahun absen gara-gara syusyah mencari kolam renang khusus! Huhuy... bahagianya : berenang wira-wiri kesana kemari, balapan ama si Mimi, nyelam, trus lama-lamaan ngambang di permukaan air. Berasa masih usia belasan tahun hehehe...Cuek ajah!
Kelar berenang, baru deh terasa hasil maruknya. Badan pegel, mata pedih kena air kaporit, plus kelaperan karena dari pagi belum sarapan. Huhuhu...But it's ok, yang penting bisa berenang....horeee!!!
Pelajaran yang bisa kuambil dari acara berenang lagi kali ini adalah :
1. Aku cinta air.
2. Aku suka berenang.
3. Aku cinta berenang.
4. Aku pengen berenang tiap hari.
5. Aku pengen punya kolam renang sendiri.
6. Aku dan air tak bisa dipisahkan.
7. Dua hanger yang patah berlawanan pada sisi atasnya,
masih bisa dipakai jika disatukan.
Yang nomor tujuh emang agak nyeleneh. Tapi beneran kok. Itu pelajaran yang kudapat pas nyuci baju pasca berenang. Hanger dah abis padahal ada sisa satu baju. Yang ada cuma sepasang hanger yang ujung atasnya patah berlawanan. Aku bingung. Trus reflek aja menyatukan tuh hanger, dan hopla...bisa dipakai ternyata. Sederhana? Tentuh sajah! Tapi kenapa aku jadi kepikiran terus ya....hmmm....
Kelar berenang, baru deh terasa hasil maruknya. Badan pegel, mata pedih kena air kaporit, plus kelaperan karena dari pagi belum sarapan. Huhuhu...But it's ok, yang penting bisa berenang....horeee!!!
Pelajaran yang bisa kuambil dari acara berenang lagi kali ini adalah :
1. Aku cinta air.
2. Aku suka berenang.
3. Aku cinta berenang.
4. Aku pengen berenang tiap hari.
5. Aku pengen punya kolam renang sendiri.
6. Aku dan air tak bisa dipisahkan.
7. Dua hanger yang patah berlawanan pada sisi atasnya,
masih bisa dipakai jika disatukan.
Yang nomor tujuh emang agak nyeleneh. Tapi beneran kok. Itu pelajaran yang kudapat pas nyuci baju pasca berenang. Hanger dah abis padahal ada sisa satu baju. Yang ada cuma sepasang hanger yang ujung atasnya patah berlawanan. Aku bingung. Trus reflek aja menyatukan tuh hanger, dan hopla...bisa dipakai ternyata. Sederhana? Tentuh sajah! Tapi kenapa aku jadi kepikiran terus ya....hmmm....
Langganan:
Postingan (Atom)