Ini postingan gak penting. Sungguh. Isinya hanya akan membuktikan kebenaran suatu survey yang kira-kira isinya kalo tidak salah menyimpulkan bahwa perempuan itu seringkali memutuskan membeli sesuatu karena emosi. Survey darimana? Saya lupa apakah info ketika di bangku kuliah pas mata kuliah manajemen pemasaran atau dari artikel di suatu majalah. Survey yang dulu saya tentang tapi kali ini dengan malu-malu-mau saya aminin.
Jadi begini, hape saya sudah berusia dua tahun lebih. Menilik kecepatan perkembangan teknologi per-hape-an, tentu saja handphone saya sudah terbilang jadul. Untuk ukuran para pengikut mode dan teknologi, hal ini bisa dianggap 'sesuatu' yang ndak banget kan ya. Apalagi jika dikaitkan dengan tuntutan jabatan *staf aja belagak direktur hahahaha*. Tapi karena saya lebih mementingkan fungsi, maka biarlah saya dianggap ketinggalan mode. Cuek aja. Pun ketika hape saya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan dini macam susah charge baterai karena entahlah, baterai yang cepat habis, sms yang nyangkut hingga menghalangi pengiriman sms lain, sering hang....sampai tidak dapat menerima sms hanya dari nomor tertentu yang membuat saya heran sendiri dan pengirim sms protes menyuruh saya ganti hape.
Bukannya pelit atau tidak ada anggaran yang bisa disisihkan untuk beli hape baru, tapi karena saya pikir semua masalah itu masihlah bisa diatasi. Termasuk sms tidak nyampai itu yang bisa diakali dengan chatting aja *maaf ya :D*. Soal nggak gaul atau nggak update, abaikan saja. Sayang uangnya, bisa dipakai beli yang lebih penting.
Lebih penting? Eeeeee...seharusnya begitu ya. Tapiiii.....*disinilah letak kebenaran survey di atas*, saya mengiyakan ketika mas Sinfo pas awal ramadhan lalu ujug-ujug menawari saya membeli barengan sebuah benda yang bukan prioritas dan sesungguhnya saya tidak ngeh bener apaan tuh. Hanya karena alasan: ada hubungannya ma buku dan baca-membaca, itu benda ndak dijual di indonesia, belinya mesti jauh di benua sono, belinya mesti punya akun amazon pula, dan terakhir alasan paling nggak oke....karena covernya unyu-unyu *hehehe*. Sungguh emosional sekali kan? Ter-la-lu *gaya bang haji*. Benda apakah itu saudara-saudara?......E-book reader! *parah kan? hahahaha*
Karena ketidak-ngeh-an, saya jadi ndak se-degdeg-an mas Sinfo ketika menunggu barang itu datang. Awalnya sih mas Sinfo berharap ini jadi teman mengisi waktu libur lebaran kemaren. Sayangnya, baru datang minggu lalu. Lama juga ya, sebulan lebih. Tak apalah, yang penting nyampe dengan selamat walaupun tak bisa buat sms dan telpon-telponan. Plus membungkam cengcengan teman-teman yang meragukan terkirimnya barang itu *hehe*.
Ini foto-foto norak yang kami ambil ketika si kindle, e-book reader itu, baru datang:
yang kanan punya mas Sinfo, yang kiri punya saya. covernya unyu kan?
mas Sinfo aja nyesel ga pilih yang warna-warni hehehe
Jadi, begitulah. Dengan asupan ebook dari mas Sinfo, sekarang saya meminimalisir menumpuknya buku di sekitar kasur *seringnya gagal*. Tapi ya itu, kebiasaan melempar dan nyungsruk-nyungsrukin buku di sekitar kasur setelah kegiatan membaca sebelum tidur malam harus segera dihentikan. Bahaya! *hehehe*