Untuk yang pernah nonton film ini, pasti tahu bagaimana perjuangan Maggie sampai akhirnya menemukan jenis telur favoritnya. Maggie yang selalu merasa jatuh cinta kepada siapapun yang jatuh cinta pada dirinya. Maggie yang selalu menyukai jenis telur favorit pasangannya. Maggie yang selalu melarikan diri ketika tiba pada saatnya harus menikah di depan altar. Maggie, the runaway bride.
Perjuangan menemukan telur favorit = Perjuangan mengatasi krisis diri = Perjuangan mengenali diri sendiri: keinginan dan kebutuhan.
Aku teringat kisah Maggie di film ini ketika seorang kawan lewat chatting malam yang tak terduga menanyakan apakah aku butuh bantuan untuk menemukan 'seseorang' yang cocok denganku. Seorang kawan yang ada di list messenger, yang jarang chatting dan hanya say hello sekedarnya ketika bertemu muka. Percakapan itu bukan percakapan panjang. Hanya saja gemanya begitu terasa sampai sekarang. Kawan, aku tak tahu apakah aku butuh bantuanmu atau tidak. Bahkan lebih tepatnya aku tidak tahu gambaran seseorang yang cocok denganku. Aku tidak tahu yang kumau. Aku tidak tahu apakah aku lebih menyukai egg benedict, egg scrambled, telur rebus, telur dadar, telur balado atau telur telur yang lainnya.
Ini semata-mata bukan tentang telur. Aku tahu, telur favoritku adalah telur dadar dengan banyak daun bawang didalamnya yang baru matang dari penggorengan. Ini tentang aku yang ternyata tidak tahu dan tidak yakin soul mate seperti apa yang kucari, yang kumau. Kualitas apa, sifat apa, seperti apa, aku tak punya gambaran sama sekali.
Thanks to Mr.X. Pertanyaanmu sungguh menggugah pikirku. Ini peerku. Bagaimana kau bisa membantuku kalau aku tak tahu apa yang kumau. Belum terlambat menurutku walau sedikit kusesali kenapa tidak dari dulu aku banyak bicara denganmu.