Pages

Januari 27, 2006

PRICELESS...

Ada saat, dulu, aku mesti membaca sambil sembunyi-sembunyi. Karena menyembunyikan air mataku yang berderai-derai. Mungkin kisah di buku yang kubaca sangat menyentuh atau aku sendiri yang sedang "rapuh".
Tapi sejujurnya memang ada saat-saat seperti itu...dulu sekali.

Jadi ketika pagi ini aku jadi berderai-derai lagi, setelah sekian lama, ketika membaca adegan terakhir di buku HP and The Half Blood Prince...aku heran sendiri. Bukan karena kematian Dombledore yang membuatku berderai. Aku tidak percaya dia pergi begitu saja. Di jilid berikutnya dia pasti muncul lagi. Entah bagaimana caranya.

Yang membuatku mulai prembik-prembik adalah adegan di rumah sakit setelah Bill dicabik-cabik Greyback. Pembicaraan antara Fleur dan Mrs. Weasley. Mrs Weasley pada awalnya setengah meragukan kesediaan Fleur yang agung dan cantik jelita (tentunya tidak miskin juga) akan menikahi Bill, putra sulungnya. Tapi dengarlah apa kata Fleur:
..."Anda mengira saya tidak ingin menikah dengannya? Atau barangkali,
Anda berharap begitu? Apa peduli saya bagaimana tampangnya? Saya
cukup cantik untuk kami berdua, menurut saya! Semua luka ini
hanya menunjukkan bahwa suami saya pemberani!...

Prembik-prembik akhirnya jadi setitik air mata juga ketika setelah pemakaman Dumbledore, Harry harus meminta Ginny menjauh darinya. Keputusan sulit dan berat yang harus diambil Harry. Bukan karena keinginannya tapi demi keselamatan Ginny sendiri. Harry harus berjuang sendiri melawan Kau-Tahu-Siapa. Dan apa kata Ginny? "Bagaimana kalau aku tidak peduli?...

Dan akhirnya setitik air mata itu menganak sungai ketika Harry memutuskan tidak akan kembali ke Hogwarts sekalipun nantinya akan dibuka lagi. Dia bertekad berjalan sendiri menjemput nasibnya yang sudah tercatat jelas: membunuh sendiri Lord Voldemort. Dan dengarlah apa kata Ron dan Hermione:
..."Kami akan ada di sana, Harry." kata Ron,"...Dan kemudian kami akan pergi bersamamu, ke mana pun kau pergi."...
..."Kau sudah pernah bilang kepada kami, "kata Hermione,"...bahwa ada waktu untuk berbalik kalau kami mau. Kami sudah punya waktu untuk mempertimbangkannya, kan?"...
..."Kami bersamamu apa pun yang terjadi," kata Ron.

Untuk kesetiaan dan ketetapan hati Fleur dan Ginny, aku menangis. Untuk persahabatan dan kesediaan berkorban demi sahabat oleh Ron dan Hermione, aku menangis. Untuk kasih sayang yang membuat Fleur, Ginny, Ron dan Hermione tetap pada pilihan, aku menangis.

Sahabat adalah harta yang priceless...tak ternilai harganya. Dirajut dari kasih sayang, diuji oleh waktu, dan tak bisa dihargai dengan apapun kecuali dengan kasih sayang itu sendiri.

Dan aku bersyukur, masih memiliki banyak sahabat. Setidaknya dalam hatiku. Sahabat lama atau sahabat baru. Sekalipun jarak membentang, pertengkaran memisahkan, situasi dan waktu tidak memungkinkan...

Januari 11, 2006

BISA APA LOE ???

Di mulai dari Pandaan. Berkumpul teman seangkatan walau tidak lengkap. Menjalani hari-hari seperti awal kami bertemu: awal pertama kami masuk ke perusahaan tempatku bekerja sekarang. Banyak yang masih sama walau banyak juga yang berubah. Satu yang pasti kurasa berubah: mereka tumbuh dan terasa begitu dewasa. Perubahan status, lingkungan, tanggung jawab baru yang harus dipikul, usia yang terus bertambah...Masing-masing dengan prestasi sendiri-sendiri. Masing-masing berubah menjadi lebih baik. Ada sedikit jealousy di hatiku...hmm...

Aku berkaca. Apa yang sudah berubah dariku? Yang lebih baik? Sebuah tanya yang takut kujawab sendiri karena bisa jadi kurang obyektif atau karena memang belum banyak yang berubah? Mungkin teman-temanku yang lebih bisa merasakannya...

Tanya satu memancing tanya yang lain. Tak yakin dengan perubahan yang terjadi padaku atau prestasi apapun yang kuperoleh, aku malah bertanya-tanya : apa yang sudah kulakukan? berartikah?...Tak sadar aku hanyut dalam usaha membandingkan diriku dengan teman-temanku. Ups...

Jadi di situlah aku kemarin pagi selepas sholat Idul Adha: sendiri, sepi karena tak ada orang di rumah, di atas tempat tidur, memandang langit-langit, gelisah tak bisa tidur karena kecapean. Menyadari sesuatu. Lebih baik aku berhenti membanding-bandingkan diriku dengan teman-temanku. Terlalu melelahkan. Kami tumbuh dengan bekal kami masing-masing. Kami indah dengan cara kami masing-masing.

Kuambil buku dan mulai membaca sambil kemudian nyengir sendiri. Aku suka membaca itu bukan rahasia. Tapi ternyata... aku juga suka belajar. Berkutat dengan buku sampai tengah malam, membolak-balik rumus dan konsep, bangun pagi-pagi menahan kantuk, pegel-pegel di badan karena kebanyakan duduk, kelelahan seusai ujian....Ternyata, aku menyukainya. Jadi mengapa tidak kuseriusi lagi kegiatan itu? Mungkin sekarang belum ada yang bisa dihasilkannya...tapi nanti? Siapa tahu.....
Half Purple and Blue Butterfly